GKJBrayatKinasih, Miliran- Perkembangan teknologi informasi dan industri berbasis internet harus ditangkap sebagai peluang usaha untuk mengelola talenta yang Tuhan percayakan kepada kita. Era millenial telah mengubah pola bisnis dan investasi masa kini.
Masalah Uang dan Investasi di Era Millenial, menjadi materi diskusi yang digelar Komisi Pemberdayaan Ekonomi Jemaat atau PEJ, Jumar, 20 September 2019, di gedung GKJ Brayat Kinasih. Diskusi kali ini menghadirkan Mantan Direktur Telkomsel, Sarwoto Atmosutarno dan Branch Manager PT Danareksa sekuritas Yogyakarta, Yahuda Nawa Yanukrisna.
Pak Sarwoto menjelaskan perihal Uang dan Investasi di era Millenial yang sudah jauh berubah. Pak Sarwoto yang memang ahli di bidang ekonomi digital ini menjelaskan bahwa uang secara fisik kini mulai ditinggalkan, diganti dengan uang digital. “Sekarang beli bakso aja bayarnya pake OVO ya kan,” ujarnya. OVO adalah salah saru cara pembayaran digital menggunakan scanning QR code di HP kita.
Sistem pembayaran digital ini adalah salah satu ciri generasi masa kini atau yang biasa disebut dengan generasi millenial. Pak Sarwoto mengungkapkan menurut data Badan Pusat Statistik, di Indonesia saat ini ada kurang lebih 63 juta penduduk millenial yang berusia 20-35 tahun. “Ini adalah bonus..artinya jumlah yang bekerja atau yang masih produktif masih sangat banyak. Tentu ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang,” kata Pak Sarwoto.
Peluang yang dimaksud Pak Sarwoto adalah kesempatan bagi berkembangnya bisnis atau dunia usaha berbasis Cyber atau jaringan internet. Sebab, konsumen atau pasar generasi millenial yang jumlahnya puluhan juta itu hidupnya ada di dunia maya. Mereka tidak bisa lepas dari gawai atau gadget atau handphone. “Ini hasil survei, 79 persen kaum millenial itu buka HP 1 menit setelah bangun tidur,” kata Pak Sarwoto.
Menurut Pak Sarwoto bisnis berbasis cyber tak hanya monopoli perusahaan besar, bahkan usaha-usaha kecilpun sudah memanfaatkannya. “Sekarang kalau kita cari alamat di google..misalnya alamat GKJ Brayat Kinasih, maka di sekitar lokasi itu juga ada banyak nama angkringan atau warung lainnya. Artinya angkringanpun sekarang sudah masuk ke dunia cyber,” ujarnya. Bahkan seperti yang dia jelaskan sebelumnya, angkringan atau di warung baksopun sudah memanfaatkan cara pembayaran digital.
Pak Sarwoto mengatakan, sekarang memang jamannya Industri 4.0, yakni industri yang berbasis cyber physical systems. “Artinya semua kegiatan ekonomi termasuk uangnya akan dikontrol oleh dunia cyber,” katanya. Selain itu di dunia industri 4.0, industri tak lagi bekerja sendiri, melainkan berjaringan. Masing-masing industri saling berbagi pemanfaatan aset mereka, seperti peralatan berat, pengangkutan, transportasi dan lain-lain untuk mengurangi cost.
Di akhir presentasinya Pak Sarwoto mengutip pidato kenegaraan Presiden Jokowi, yang mengatakan bahwa sekarang ini data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita, karena sifatnya yang tidak berbatas atau borderless.
Sejalan dengan hal itu Pak Yahuda yang ahli persahaman juga menjelaskan bahwa investasi surat berharga seperti saham dan reksadana kini juga sudah merambah dunia cyber, alias semua transaksi bisa dilakukan secara online. “Kita bisa membeli saham dan terus memantau pergerakan saham yang kita miliki secara online,” jelas Pak Yahuda
Mengakhiri acara seminar dan diskusi ini Pak Pendeta Sundoyo mengatakan bahwa seluruh perkembangan jaman ini harus kita tangkap sebagai peluang untuk mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan. “Tapi ini baru penjelasan permulaan untuk membuka wawasan, dan tampaknya kita sudah bisa menangkap maksudnya seperti apa. Nanti akan ada lagi sesi untuk berbicara lebih dalam lagi,” kata Pak Ndoyo. (Tim Admin)