I . AWAL KEBAKTIAN DI MILIRAN
Sampai pada tahun enampuluhan, para warga jemaat GKJ Sawokembar Gondokusuman pergi ke kebaktian hari Minggu, hanya dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Kendaraan umum hanyalah becak atau andong yang dirasa mahal bagi warga yang kehidupan sederhana, terutama warga yang tinggal di kampung Miliran mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan ‘kumpulan’ (kebaktian) di kampungnya sendiri, dimulai dari kebaktian pertama di rumah bapak Tjermodisono, seorang dalang di kampung itu dihadiri 15 orang warga. Kebaktian pertama direncanakan dilayani oleh bapak Pendeta Sukardan (alm.) tetapi justru untuk yang pertama itu bapak Pendeta berhalangan hadir, sehingga kebaktian dipimpin oleh Tua-tua Wiayah, Bapak Sastrosuwignya. Peristiwa itu tercatat pada tahun 1967.
Beberapa waktu kemudian, tempat kebaktian diselenggarakan di ruang kelas SD Bopkri Miliran, yang waktu itu masih mengontrak rumah penduduk setempat,itupun pernah berpindah-pindah. Namun semangat warga Miliran tetap hidup, kebaktian berlangsung tiap hari Minggu, bahkan persekutuan doa dan pendalaman Alkitab dilakukan secara teratur.
II. PEPANTHAN MILIRAN
Berdasarkan keputusan Rapat Majelis GKJ Sawokembar Gondokusuman pada hari Selasa, tanggal 11 Maret 1968 ditetapkan 2 (dua) tempat kebaktian baru di luar GKJ Sawokembar Gondokusuman yaitu : di Student Centre (Wisma Immanuel Samirono Baru) dan di Miliran. Pembukaan kebaktian baru di Miliran pada hari Minggu tanggal 6 April 1969 ini merupakan kebaktian yang pertama di Miliran dengan mengambil tempat di rumah sederhana berdinding bambu yang berlubang-lubang milik Bapak Hadipranoto yang disewa untuk SD BOPKRI. Seharusnya kebaktian itu diselenggarakan di rumah Bapak Djumadi, tetapi dalam pelaksanaannya rumah Bapak Djumadi dijadikan “Konsituri” karena letak rumah Bapak Djumadi itu berhadapap-hadapan dengan rumah Bapak Hadipranoto. Setiap kebaktian di rumah itu warga jemaat yang hadir lebih kurang 9 – 12 orang. Hari Minggu tanggal 6 April 1969 itulah sebagai tonggak sejarah berdirinya Pepanthan Miliran. Pada tahun 1973, SD BOPKRI di Miliran berhasil membangun gedung sendiri. Pepanthan Miliran diijinkan oleh Yayasan BOPKRI Pusat, untuk mempergunakan gedung SD BOPKRI tersebut, sebagai tempat kebaktian hari Minggu bagi warga jemaat Pepanthan Miliran. Pada waktu itu oleh SD BOPKRI memang telah dipersiapkan untuk ruang pertemuan terdiri atas dua lokal. Tempat itulah yang dipergunakan sebagai tempat kebaktian hari Minggu. Kebaktian pertama yang diselenggarakan di SD BOPKRI itu ialah pada hari Minggu 18 Maret 1973 dilayani oleh Bapak Pendeta Sardjuki Kartatenaja, S.Th. dan dihadiri oelh sebanyak 24 orang warga jemaat.
III. PERKEMBANGAN PEPANTHAN MILIRAN
Pepanthan Miliran dapat berkembang setelah menempati gedung SD BOPKRI tersebut. Kegiatan Sekolah Minggu, kegiatan studi Alkitab untuk para remaja, kegiatan PA, katekisasi bagi para warga, dan kebaktian hari Minggu berjalan secara teratur dan banyak kemajuannya. Perkembangan itu makin bertambah-tambah karena ada beberapa hal yang mendukungnya, ialah
- Didirikannya SMP BOPKRI XII di Miliran
- Ditugaskannya Bapak W. Irmadi, Guru Inil / Pembantu Pendeta, oleh Majelis GKJ Sawokembar Gondokusuman untuk mengajar katekisasi bagi warga Pepanthan Miliran.
- Ditugaskannya Bapak Pendeta Sukardan oleh Majelis GKJ Sawokembar Gondokusuman untuk melayani Pepanthan Miliran.
Pada waktu itu warga dewasa / peserta Perjamuan Kudus telah mencapai 80 – 90 orang. Keberadaan warga jemaat Pepanthan Miliran ini ternyata dapat diterima baik oleh masyarakat sekitar lingkungan Pepanthan Miliran itu, sehingga orang Kristen di Miliran dapat menunjukkan perannya sebagai “garam” yang tidak hambar, menjadi “terang“ yang diperlukan banyak orang. Perayaan Natal yang diselenggarakan oleh warga jemaat Pepanthan Miliran, sekaligus dipergunakan sebagai sarana PI. Demikian pula dana yang dapat dikumpulkan, sebagian justru dipergunakan untuk membiayai kegiatan PI itu, tidak sekedar dipergunakan sendiri untuk perayaan.
IV. PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA.
Mulai tahun 1971 – 1978 banyak warga pendatang baru di Miliran, di antaranya keluarga Bapak Ir. Mulyadi dan keluarga Bapak Alex Sukono. Kebetulan kedua keluarga itu memiliki kemampuan serta menaruh perhatian besar terhadap tugas-tugas pelayanan gerejawi. Maka pertama-tama diusahakannya untuk memperoleh sebidang tanah yang diperlukan bagi pembangunan gedung gereja. Berkat kerjasama mereka dan dukungan seluruh warga Pepanthan Miliran, maka Tuhan mengabulkan untuk membeli tanah seluas 500 m2. Lokasi tanah itu berada di tengah sawah, karena memang semula berwujud tanah pesawahan. Pekerjaan pembenahan lokasi ini dimulai 24 Juni 1981. Jalan menuju lokasi kurang lebih sepanjang 500 m masih berwujud pematang/jalan setapak yang berdampingan dengan parit saluran irigasi. Parit inilah yang memperlancar jalan setapak, setelah dibangun kembali mempergunakan pipa buis beton, sehingga dari pematang sawah yang disatukan dengan pipa saluran air itu berhasil disulap menjadi jalan yang dapat dilewati kendaraan.Lahan diurug dan dipersiapkan, maka peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja dapat dilangsungkan pada hari Minggu, 15 September 1985 dalam suatu upacara yang dipimpin oleh Bapak Pendeta Wijoto Hardjotaruno. Memang pekerjaan ini memakan waktu lama, dilaksanakan tahap demi tahap sesuai dengan kemampuan pendanaannya. Sejak dari upacara peletakan batu pertama hingga berdirinya gedung gereja memakan waktu satu setengah tahun. Dari hasil kerja keras jemaat Pepanthan Miliran ini, pada hari Jumat 17 April 1987 bertepatan dengan hari Paskah, secara resmi tempat kebaktian dipindahkan dari SD BOPKRI Miliran ke gedung gereja, walaupun yang gereja dibangun sampai pada saat itu keadaannya belum sempurnah. Dari hari-ke hari, pembangunan terus disempurnakan, dilengkapi dengan halaman/area parker yang diperkeras dengan paving.
Pada mulanya tempat dudukpun seadanya, kemudian berangsur-angsur dapat diganti dengan kursi-kursi besi sederhana, akhirnya dipergunakan bangku-bangku dari kayu. Perhatian Pemerintah kepada Pepanthan Miliran sangat baik , yaitu dengan diberikan ijin membangun gedung gereja. Bahkan Pemerintah Kota menggunakan bangunan gereja itu sebulan sekali untuk pembinaan PNS (Pegawai Negeri Sipil) Kristiani. Hampir tidak terduga, pada tahun 1996 dapat membeli lahan tambahan di sebelah kanan gedung gereja, seluas 500 m2, sehingga dengan lahan tambahan ini dapat dipersiapkan untuk membangun konsituri dan rumah pastori. Bukan karena semata-mata sempitnya lahan, akan tetapi sejak awalnya bangunan gereja telah dirancang dengan menempatkan ruang konsisturi di depan pintu gereja. Penempatan ruang konsisturi di depan pintu gereja ini adalah ide dan pemikiran dari Bapak Sutrisna Martoatmodjo. Pada saat warga jemaat berdatangan akan memasuki gereja tempat kebaktian, Bapak/Ibu anggota Majelis menyambutnya dengan berjabat tangan, seolah-olah sebagai pelayan penerima tamu. Pada saat kebaktian selesai, Bapak Pendeta dan segenap anggota Majelis kembali berderet di depan pintu gereja, bersalaman dengan seluruh warga jemaat yang akan meninggalkan gereja. Dengan demikian suasana kebaktian hari Minggu dapat dirasakan ada jalinan suasana yang penuh kasih.Pada akhir tahun 2000, justru pada saat-saat warga Pepanthan Miliran sedang giat-giatnya mempersiapkan diri membangun Pepanthan Miliran menjadi gereja dewasa, dating lagi berkat Tuhan dengan kemampuan membeli tanah seluas 165 m2 terletak di sebelah kiri gedung gereja di sudut belakang. Dengan letaknya yang tidak terlalu dekat dengan gereja itulah, sangat tepat digunakan untuk rumah Pendeta yang lebih tenang. Maka rancangan semula penempatan rumah Pendeta diubah. Lahan 500 m2 di sebelah kanan gereja, akan dipergunakan untuk bangunan konsituri, kantor gereja, ruangan pertemuan dan perpustakaan, termasuk area parker, karena direncanakan gedung itu bertingkat untuk menghemat lahan. Sedangkan gedung gereja sendiri masih dapat dibangun ulang dikembangkan sehingga mempunyai daya tamping yang lebih besar daripada yang sekarang ditambah dengan kemungkinan membangun balkon.
V. PERINTISAN UNTUK MANDIRI
Proses Pendewasaan Pepanthan Miliran, memang dirasakan terlalu lama oleh warga dan yang sering menanyakan soal ini. Maka tumbuhlah prakarsa anggota Majelis dan warga Pepanthan Miliran untuk membentuk Panitia Persiapan Pendewasaan Pepanthan Miliran. Adapun pembentukan panitia dengan niat untuk secepatnya dan mendewasakan Pepanthan Miliran ini disertai dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
- Proses persiapan pendewasaan Gereja Pepanthan Miliran telah sedemikian lama. Kajian yang dilakukan oleh Tim Studi Kemandirian telah pula berulang kali juga mulai rapat-rapat dan sosialisasi kepada segenap warga jemaat dalam berbagai forum dan kesempatan. Maka akhirnya tumbuh kebulatan tekad bagi Jemaat Pepanthan Miliran untuk membuktikan keberaniannya bertanggung jawab mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, ke dalam maupun ke luar sebagai gereja dewasa.
- Jemaat Warga Pepanthan Miliran pada saat itu telah mencapai 337 orang, termasuk di dalamnya 264 orang warga sidhi (warga Perjamuan Kudus).
- Pepanthan Miliran sudah memiliki gedung gereja yang cukup memadai.
- Dari aspek ekonomi / keuangan, bersumber dari persembahan warga jemaat dan dana-dana yang dapat dihimpun sebagai dana kemandirian dan pembangunan, Pepanthan Miliran optimis akan dapat memenuhi kebutuhan minimal sebagai jemaat yang mandiri.
- Selama ini Pepanthan Miliran telah berkemampuan melaksanakan Tri Tugas Gereja, yaitu tugas persekutuan, tugas kesaksian, dan tugas pelayanan. Dengan demikian dari aspek rohani, tugas-tugas itu sudah dapat diselenggarakan dengan teratur, kontinyu bagi segenap warga, dari anak / remaja, kaum muda, kaum bapak dan ibu serta orang tua-tua.
- Dari aspek organisasi dan administrasi, Pepanthan Miliran telah melaksanakan sistem manajemen yang tertib, terbuka dan efisien dalam dukungan pelayanan.
Pembentukan Panitia Persiapan Pendewasaan Pepanthan Miliran itu dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 Januari 2000, dan memperoleh restu dari gereja induk, Majelis GKJ Sowokembar Gondokusuman.Panitia bekerja keras untuk melakukan kegiatan-kegiatan ke arah pendewasaan baik yang menyangkut bidang kerohanian, prasarana fisik, organisasi, administrasi, maupun bidang keuangan. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, Panitia ini melibatkan semua Komisi dan semua pengurus wilayah / kelompok yang ada. Tiap Komisi dan pengurus wilayah / kelompok menyusun programnya dan melaksanakan kegiatan masing-masing dalam rangka persiapan pendewasaan menuju gereja yang dewasa.
Semula Gereja Pepanthan Miliran melaksanakan kebaktian Minggu hanya satu kali pada pukul 08.30 – 09.30 dengan jadwal sebagai berikut:
Minggu I dan III : Bahasa Jawa
Minggu II dan IV : Bahasa Indonesia
Mulai 11 Juni 2000 dalam rangka persiapan menuju gereja yang dewasa, dicoba untuk melaksanakan kebaktian Minggu dua kali yaitu:
1. Pukul 06.30 – 07.30
2. Pukul 08.30 – 09.30.
Keberadaan panitia ini oleh Majelis Pepanthan Miliran dilaporkan kepada Gereja induk Majelis GKJ Sawokembar Gondokusuman. Majelis GKJ Sawokembar Gondokusuman mengusulkan pendewasaan Pepanthan Miliran tersebut kepada klasis Yogyakarta Selatan.
Atas dasar usul itu, Tim Visitasi Klasis Yogyakarta Selatan pada hari Rabu tanggal 21 Juni 2000 telah mengadakan kunjungan untuk penelitian (visitasi) ke Pepanthan Miliran.
Dalam sidangnya pada hari Senin tanggal 26 Maret 2001 Klasis Yogyakarta Selatan memutuskan bahwa Pepanthan Miliran layak untuk didewasakan. Peresmian pendewasaan akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 April 2001.
VI. MENJADI GEREJA DEWASA / MANDIRI:
Setelah diputuskan oleh Klasis Yogyakarta Selatan bahwa Gereja Pepanthan Miliran layak untuk didewasakan, maka Panitia Pendewasaan Gereja Pepanthan Miliran bekerja keras dalam mempersiapkan pelaksanaan pendewasaan.
Pertama kali, khususnya pada rapat majelis pleno Pepanthan Miliran memikirkan untuk pemberian nama bagi gereja Pepanthan Miliran.
Ada beberapa usulan untuk pemberian nama Gereja Pepanthan Miliran antara lain:
- Tentrem Rahayu
- Wasita Adi
- Penabur
- Brayat Kinasih
- Wisma Manunggal
- Sabda Mulya
Maka pada rapat Majelis Pleno hari Senin tanggal 12 Maret 2001 diputuskan dengan secara bulat untuk nama Gereja Pepanthan Miliran menjadi GKJ BRAYAT KINASIH.
Juga untuk menengarai berdirinya gereja itu menjadi gereja dewasa ditandai dengan surya sengkal untuk tahun 2001 yaitu BUMI LANGIT HANGENINGAKEN SEMBAH.
Panitia bekerja keras dalam mempersiapkan peresmian pendewasaan yang telah ditetapkan waktunya yaitu hari Sabtu tanggal 21 April 2001 dari Pepanthan Miliran diresmikan menjadi gereja yang dewasa dengan nama GEREJA KRISTEN JAWA “BRAYAT KINASIH”
Peresmian Pendewasaan GKJ Brayat Kinasih dengan:
TEMA : JADILAH BATU-BATU HIDUP UNTUK PEMBANGUNAN TUBUH KRISTUS
SUB TEMA :DENGAN KASIH KRISTUS WARGA BERPERAN SERTA DALAM MEWUJUDKAN GEREJA YANG DEWASA.
Di dalam upacara pendewasaan itu sekaligus dilaksanakan peneguhan PENATUA dan DIAKEN GKJ Brayat Kinasih sebanyak 17 orang yaitu:
PENATUA:
- Bp Setyanto
- Bp Mugi Rahardjo
- Bp Sudomo Sunaryo
- Bp Soegito
- Bp Slamet Imbi Subagyo
- Bp Sutiardjo
- Bp Wagiman
- Bp Uun Djiun
- Bp Sunarto
DIAKEN DIAKONIS:
- Ibu Suharti Sutoto Pujoyuwono
- Ibu Suratmi Budiono
- Ibu Adiari Moelyati
- Ibu Fajarini Sudarlan
- Ibu Niniek Ambirato
- Bp Legiman Badaruddin
- Bapak Sunoto MD
- Bapak Suharto
Dengan disaksikan oleh warga jemaat dan undangan yang menghadiri yaitu kurang lebih 500 orang, peristiwa dan undangan yang menghadiri yaitu kurang lebih 500 orang, peristiwa tersebut merupakan momentum yang sangat mengharukan dan mengesankan karena sudah sekian lama warga Jemaat Pepanthan Miliran mendambakan gerejanya menjadi gereja yang dewasa sekarang sudah teerwujud.
VII. SETELAH MENJADI GKJ BRAYAT KINASIH
Setelah gereja menjadi gereja yang dewasa, sementara gereja belum mempunyai pendeta sendiri, diberikan Pendeta Konsulen yaitu Bapak Pendeta Purwanto Rahmat, S.Th dari GKJ Kotagede.
Selanjutnya diadakan pembenahan-pembenahan di dalam kemajelisan dengan menyusun kepengurusan sekaligus penyempurnaan / melengkapi komisi-komisi yang sudah ada maupun belum ada. Demikian pula diadakan pembenahan-pembenahan di bidang administrasi maupun keuangan gereja karena semua itu merupakan sarana pendukung untuk kemajuan serta perkembangan gereja.
A. Pada HUT I GKJ Brayat Kinasih
Pada HUT I GKJ Brayat Kinasih ditandai dengan:
1. Penambahan anggota Majelis.
Untuk mendukung tugas-tugas kemajelisan di dalam melayani para warga jemaat, maka perlu diadakan penambahan jumlah anggota majelis agar bisa tercipta tugas majelis yang lengkap dan makin mantap.
Maka pada HUT 1 GKJ Brayat Kinasih pada hari Minggu tanggal 21 April 2002 telah diadakan pelantikan bagi para majelis baru yang telah melalui proses-proses pemilihan.
Adapun nama majelis baru tersebut adalah sebagai berikut:
- Bapak Petrus Surono sebagai Penetua
- Bapak Tri Subardiman sebagai Diaken
- Bapak Andaru Herkusnadi sebagai Diaken
- Ibu Retno Samsul Iskandar sebagai Diakones.
- Ibu Christin Sindu Pudyatmoko sebagai Diakones.
- Penambahan Wilayah.
Dengan adanya penambahan majelis baru, maka jumlah majelis kita menjadi 22 orang. Mengingat warga jemaat yang makin bertambah dan berdomisili di beberapa tempat yang tersebar lokasinya, demikian pula untuk meningkatkan pelayanan serta pembinaan para warga, maka diadakan pembagian/penambahan wilayah yang semula hanya 3 (tiga) wilayah menjadi 4 (empat) wilayah, yaitu:
Wilayah I : Miliran
Wilayah II : Janturan
Wilayah III : Balirejo
Wilayah IV : Stadion Mandala Krida dan sekitarnya.
Batas masing-masing wilayah telah ditentukan, demikian pula majelis-majelis yang bertugas untuk melayani tiap-tiap wilayah sudah ditentukan.
3. Penjaringan / Mencari Calon Pendeta.
Mengingat GKJ Brayat Kinasih sudah menapak umur 1 tahun dan mengingat warga jemaat yang sudah membutuhkan seorang gembala dalam pembinaan rohani maupun penentuan atau nasehat dari seorang yang bisa kita anut sesuai dengan keyakinan kita, maka gereja berusaha untuk memenuhi harapan-harapan yang didambakan oleh warganya.
Dalam rapat pleno majelis diputuskan untuk mengadakan penjaringan/pendaftaran calon pendeta dengan melalui tahap-tahap penjaringan / seleksi sebagai berikut:
a. Penjaringan selama 2 bulan
Dimulailah penjaringan pada bulan April 2002 sampai Mei 2002.Adapun yang masuk ada 6 orang balon. Setelah melalui beberapa tahap penjaringan yaitu kotbah, tes pskologi dan tes kesehatan maka pada akhir bulan Mei 2002 diadakan pemilihan / penilaian untuk menetapkan 2 orang balon tetap.
b. Masa Orientasi selama 3 bulan
Setelah terpilih 2 orang bakal calon tetap pendeta yaitu Sdr. Elia Dwi Prasetyo, S.Si dan Sdr. Sundoyo, S.Si selama 3 bulan mulai Juni 2002 sampai Agustus 2002 kedua calon tersebut masuk tahap orientasi yaitu agar dapat membaur dan mengikuti kegiatan – kegiatan di wilayah maupun kelompok / komisi, demikian pula masih mendapat tugas berkotbah di gereja. Setelah menjalani orientasi selama 3 bulan pada 1 September 2002 diadakan pemilihan/ penilaian lagi untuk menetapkan calon 1 orang yang akan terpilih sebagai Calon Tetap Pendeta dan telah terpilih sebagi Calon tetap Pendeta adalah Sdr. Sundoyo,S.Si
c. Masa pembimbingan selama 6 bulan
Selanjutnya calon terpilih yaitu Sdr. Sundoyo, S.Si melaksanakan bimbingan-bimbingan dalam persiapan untuk bisa menjadi Pendeta selama 6 bulan mulai bulan Oktober 2002 sampai Maret 2003 yaitu ke:
1. Pdt. Purwanto Rahmat,S.T untuk materi Khotbah.
2. Pdt. David Rubingan,M.Th untuk materi Pokok-pokok Ajaran Gereja.
3. Pdt. Tri Utomo,BA untuk materi Tata Gereja.
4. Pdt. Bambang Sumbodo S.Th untuk materi Sejarah Gereja.
Pada akhir bimbingan diadakan Ujian Peremtoir yang dilaksanakan hari Rabu tanggal 02 April 2003 pada Sidang Klasis Yogyakarta Selatan yang diadakan di GKJ Sidomulya Bantul.
Selanjutnya pada Sidang tersebut diputuskan bahwa Sdr. Sundoyo, S.Si layak untuk menjadi Pendeta dan akan ditahbiskan pada tanggal 21 April 2003 di GKJ Brayat Kinasih bertepatan Ulang Tahun GKJ Brayat Kinasih yang ke-2.
4. Pembangunan Rumah Pastori / Pendeta
Atas berkat dan limpahan karunia Tuhan, GKJ Brayat Kinasih mulai membangun rumah pastori sebagai rumah bapak Pendeta di tanah seluas 217 m2 terletak di sebelah kiri gereja di sudut belakang. Maka pada hari Selasa tanggal 28 Mei 2002 dimulailah peletakan batu pertama pembangunan rumah Pastori.
B. Pada HUT 2 GKJ Brayat Kinasih
Pada HUT II ini disamping mengadakan peringatan ulan tahun gereja, yang paling utama adalah ditandainya GKJ Brayat Kinasih mempunyai seorang gembala jemaat dalam suatu upacara Penahbisan Pendeta bagi Bapak Pendeta Sundoyo, S.Si sekaligus bertepatan dengan Ulang Tahun GKJ Brayat Kinasih yang ke-2. Dipilihnya waktu yang bersamaan dengan HUT GKJ Brayat Kinasih karena beberapa pertimbangan anatara lain agar mudah mengingatnya dan sekaligus tanggal HUT gereja mempunyai momen-momen khusus untuk bisa diabadikan.