GKJBrayatKinasih, Miliran- Firman Tuhan ternyata telah mengatur masalah pengelolaan keuangan kita. Ada tiga hal yang akan kita pelajari yakni Apakah bunga itu riba? Bagaimana perilaku utang? dan Bagaimana perilaku etis dalam kehidupan ekonomi orang Kristen?
Pendeta Sundoyo mendasarkan kotbah Minggu, 15 September 2019 pada kitab Ibrani 13 ayat 1-7. Dalam bacaan tersebut ada lima hal yang bisa menjadi dasar pemikiran pengelolaan keuangan keluarga yakni; Memelihara persaudaraan, menghormati pernikahan, Jangan menjadi hamba uang, Keyakinan bahwa Tuhan adalah sang pemelihara sejati, dan terakhir Meneladani para pemimpin.
Pertanyaan pertama, apakah bunga itu riba? Apakah jika kita meminjamkan uang kepada orang lain kemudian kita mengambil bunganya itu adalah riba? Apakah ketika kita menyimpan uang di bank kemudian memperoleh bunga itu berarti riba?
Firman Tuhan yang menjadi dasar untuk menjawab pertanyaan itu adalah kitab Imamat pasal 25 ayat 35-38. Memang jika kita hanya mencuplik ayat 36, jelas dinyatakan bahwa bunga adalah riba. Namun ternyata ayat tersebut memiliki konteks tersendiri yang tidak bisa dipisahkan.
Jika kita baca secara lengkap Imamat 25 ayat 35-38, maka bunga disebut riba jika pinjaman diberikan dalam konteks kemiskinan dan bertahan hidup. “Jadi jika kita memberikan pinjaman kepada seseorang yang miskin yang bermaksud menggunakan uang pinjaman itu untuk bertahan hidup, maka kita tidak boleh mengambil bunga, karena hal itu adalah riba,” jelas Pak Sundoyo.
Bagaimana jika pinjaman itu diberikan untuk mengembangkan usaha? Apakah boleh kita mengambil bunga? “Tentu boleh, tetapi harus dipahami bahwa bunga yang benar adalah bunga yang memberi keadilan bagi semua,” kata Pak Sundoyo dalam kotbah bagian ke-3 lanjutan Kotbah Berseri September 2019. Paling tidak, menurut Pak Sun, besaran atau persentase bunganya mengikuti aturan bunga yang ditetapkan pemerintah.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita boleh berutang? Ada 3 sikap atau jawaban berbeda tentang utang, yakni boleh – tidak boleh – tergantung (alasannya). Jika kita membaca perintah Tuhan dalam Ibrani 13 ayat 5, di situ jelas disebutkan “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah.dirimu dengan apa yang ada padamu…” Artinya, sesungguhnya kita tidak perlu berutang jika tidak amat sangat perlu.
“Jangan utang hanya supaya terlihat kaya, atau utang untuk mencari kesenangan. Tapi utang dengan cara yang cerdas,” kata Pak Sun. Maksudnya adalah kita boleh berutang kalau untuk mengembangkan usaha, boleh berutang kalau untuk menambah modal. Pendek kata, utang boleh jika menjadi bagian dari upaya mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan.
Lebih jauh Pak Sundoyo menjelaskan, selain belajar dari Firman Tuhan, kita juga bisa meneladani prinsip pengelolaan keuangan dari tokoh-tokoh Kristen, seperti John Calvin. Ia memiliki prinsip dasar yakni Bekerja dengan baik untuk Tuhan, Cara hidup di bawah kemampuan pendapatan, Selisih dari pendapatan dan pengeluaran ditabung untuk mengembangkan modal dan prinsip terakhir adalah menolong orang lain. (Tim Admin)