JOKER adalah salah satu film yang sedang tayang di bioskop-bioskop seluruh dunia sejak 2 Oktober. Film ini menceritakan kisah seorang laki-laki bernam Arthur Fleck yang menjalani kehidupan sehari-harinya menjadi dua sosok badut; yang pertama adalah pekerjaan sehari-harinya sebagai badut sewaan, yang kedua adalah sisi aslinya menjadi badut.
Profesinya sebagai badut membuatnya merasa diterima di masyarakat, walaupun dalam kenyataannya ia tetap sering dikerjain dan diolok-olok sekelilingnya. Panggilan kesayangan dari Ibunya adalah “Happy” tapi dalam kenyataannya Arthur tidak pernah merasa bahagia sekalipun. Sepanjang hidupnya, Arthur tinggal bersama ibunya yang telah menjadi teman dan ayah juga baginya, namun karena sudah sangat tua dan lemah ibunya tidak dapat berbuat apa-apa, maka Arthur yang kini bertugas untuk mengurusi ibunya setiap hari.
Perjalanan hidup Arthur penuh dengan tantangan besar, yang pertama Arthur harus menerima bahwa dia mengalami gangguan mental yang kemudian sangat mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Dia bisa saja tertawa terbahak-bahak walaupun sedang marah atau juga sedang menangis, dan memang benar julukan “Happy” dari ibunya sangat mempengaruhinya, baik dalam kondisi marah dan sedih dia akan tertawa. Arthur memiliki seorang konselor yang sering ditemuinya untuk berbagi apa yang dialami dan memberikan solusi dari penyakitnya.
Persoalan berat Arthur dimulai ketika dia dipecat dari pekerjaannya sebagai seorang badut, karena ketahuan membawa pistol ketika pergi menghibur anak-anak di sebuah rumah sakit. Peristiwa pemecatan itu membuat Arthur merasa telah dibohongi teman sekerjanya yang memberinya pistol tersebut, namun kepda Bosnya sang teman menjelaskan bahwa Arthur sengaja membelinya. Dalam perjalanan pulang Arthur melihat ada 3 orang pria yang tengah menggoda seorang perempuan di dalam kereta yang dia tumpangi. Merasa tidak terima Arthur langsung emosi dan penyakit ketawanya kambuh, dia kemudian tertawa dan membuat perempuan itu ketakutan dan berpindah gerbong. Ketiga pria itu sangat marah, mereka mendekati Arthur dan bertanya “apa ada yang lucu ?”, Arthur ingin menjelaskan bahwa dia memiliki penyakit tapi belum sempat menjelaskan mereka langsung memukulnya sampai babak belur. Karena tidak kuat lagi menahan sakit, Arthur mengambil pistol yang ada di dalam saku dan langsung menembak 2 pria, yang satu berhasil kabur tapi Arthur terus mengejarnya dan memberikan 3 tembakan di tubuh pria itu.
Arthur kembali bertemu dengan sang konselor untuk menceritakan apa yang dialaminya, tetapi sang konselor terus memberikan pertanyaan-pertanyaan, pada saat itulah Arthur menyadari bahwa selama ini konselor tidak pernah mendengarkan apa yang diceritakan kepadanya karena dia lebih fokus pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Kekecewaan itu semakin bertumpuk lagi ketika Arthur mengetahui bahwa selama ini ibunya membohongi dia. Ibunya sering mengirim surat kepada seorang Tokoh penting di kota itu, dengan alasan bahwa 30 tahun yang lalu ibunya bekerja dan mengurusi keluarga itu, maka kini tidak salah jika kita meminta bantuan mereka. Arthur membaca surat ibunya dan tertulis bahwa orang itu adalah suami dan ayah dari Arthur, dia menjadi sangat marah tetapi tidak dapat menceritakan kepada siapapun. Akhirnya Arthur berencana menemui Ayahnya, banyak hal telah dilakukan bukan untuk meminta uang tetapi hanya ingin mendapatkan pelukan dari seorang ayah.
Peristiwa demi peristiwa telah membentuk Arthur menjadi orang yang sangat berbeda dari yang dikenal ibunya. Diakhiri pertemuan Arthur dengan ibunya, dia katakan bahwa betapa dia sangat kesepian, dan sepanjang hidupnya dia tidak pernah bahagia namun dia selalu ingat pesan ibunya agar selalu tersenyum.
Pengalaman hidup Arthur adalah contoh orang yang gagal bereaksi terhadap apa yang dia alami. Mirisnya, ia harus menghadapi semua persoalannya seorang diri, ditolak, diolok dan ditinggalkan menjadi bagian dalam membentuk Arthur menjadi orang yang jahat.
Film ini ingin menjelaskan kepada kita bahwa transformasi seseorang yang merasa gagal akhirnya bisa berada di titik balik, baliknya menuju pada tindakan positif atau negatif itu semua tidak terlepas dari pengaruh sekitarnya. Masih teringat jelas khotbah perdana bulan keluarga di hari Minggu, 5 Oktober oleh Pdt.Sundoyo tentang Iman sebesar biji sesawi. “jika kamu mau, kau dapat memindahkan gunung di Gunung Kidul ke Parangtritis”, dan itu pasti bisa asal percaya, walaupun harus membutuhkan 70 juta tahun lamanya. Segala sesuatu ada proses, menjadi baik atau buruk pasti ada proses perjalanannya. Mempertahankan keluarga yang berhasil tidak hanya diukur hari ini, tetapi bagaimana perjuangan suami maupun istri selama ini untuk dapat terus saling memahami dan mencintai.
Menjadi seorang anak yang sukses dalam pendidikan bukan hanya dilihat saat pengambilan rapor atau wisuda, tetapi bagaimana dia rela bangun pagi, rela melepaskan mainan untuk belajar, dan rela ditinggal saat sampai di sekolah. Mari berefleksi dari kisah hidup Arthur bahwa seorang akan menjadi jahat ketika dia merasa tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya, merasa tidak ada lagi orang yang mau mendengarkan apa yang dia alami. Siapapun kita akan berada pada momen untuk menjadi ‘konselor’ bagi orang lain, jadilah konselor yang setia mendengar. Setia mendengar curhatan suami ketika pulang kerja, mendengar curhatan istri ketika seharian mengerjakan tugas di rumah, mendengar curhatan anak-anak, apa yang mereka alami selama di sekolah dan juga setia mendengarkan curhatan orang tua kita yang sering ditinggal sendiri di rumah karena anak dan cucu-cucu pergi melaksanakan aktifitasnya, sehingga kesepian Arthur tidak sampai dialami oleh anggota keluarga kita. Atau ungkapa Arthur “Mengerti, tapi tak paham” yakni walaupun tersenyum kepada ibunya tetapi sebenarnya dia sedang terluka, sedang sakit, sedang dalam persoalan.
“pemahaman penting untuk kita;
orang yang jahat, adalah orang baik yang terluka”.
(Penulis: Mike Makahenggang)