GKJBrayatKinasih, Miliran- Setiap orang atau setiap keluarga pasti pernah memiliki masalah. Beratnya persoalan sering membuat kita akhirnya menyerah dan berharap adanya mujizat dari Tuhan. Akan tetapi mujizat itu tak akan terjadi begitu saja.
“Mujizat itu ada prosesnya … mujizat itu datang bersama sesuatu yang kita kerjakan,” kata Pendeta Sundoyo dalam kotbah Minggu, 13 Oktober 2019, yang merupakan minggu kedua di Bulan Keluarga.
Ia mendasarkan kotbahnya pada Kitab Lukas 17 ayat 11-19, tentangĀ kisah Tuhan Yesus menyembuhkan 10 orang kusta. Rasul Lukas menjelaskan, para penderita kusta itu adalah orang-orang yang terpinggirkan. Mereka dibuang oleh masyarakat karena penyakit kusta itu menular dan bahkan dianggap najis. Oleh karena itu mereka hidup terisolasi.
“Coba bayangkan penderitaan orang-orang yang sakit kusta itu, tidak ada keluarga yang boleh mendekat, tidak ada pertolongan. Mereka putus asa dan kehilangan pengharapan,” kata Pendeta Sundoyo.
Namun harapan mereka tumbuh kembali ketika melihat Yesus lewat. Merekapun berteriak minta tolong agar Yesus mau menyembuhkan. Beruntung, Yesus bersedia menolong namun Ia meminta kepada ke-10 orang kusta itu agar pergi kepada para Imam untuk menceritakan apa yang terjadi pada diri mereka.
Dan mukjizat itupun terjadi, saat mereka pergi berjalan penyakit kustanya menjadi hilang. Mereka girang bukan kepalang, namun hanya seorang dari mereka yang kembali kepada Yesus, bersujud di kakiNya dan mengucapkan terima kasih, sementara ke-9 lainnya tetap pergi kepada para imam.
“Kehidupan kita kadang ketemu dengan situasi yang sulit, dan kita merasa menjadi orang yang terpinggirkan. Dalam keluarga, mungkin ada istri yang merasa jengkel dengan suami atau sebaliknya, atau mungkin ada menantu yang bermasalah dengan mertua, anak-anak yang bermasalah dengan orang tua,” kata Pak Sun.
Namun seperti kesepuluh orang kusta itu lanjut Pak Sun, kita masih punya pengharapan kepada Tuhan, pengaharapan akan datangnya sebuah mujizat. Namun ketika mujizat itu terjadi, janganlah lupa untuk berterimakasih. Sama seperti satu orang kusta yang kembali kepada Yesus untuk sujud dan berterimakasih.
“Itu bukan soal salah atau benar, tetapi satu orang kusta ini tahu apa yang menjadi prioritas. Ia mengutamakan bertemu dengan sumber kesembuhan untuk berterimakasih, karena belum tentu ia punya kesempatan ketemu lagi dengan Yesus,” jelas Pak Sundoyo.
Kitapun harus berterimakasih kepada Tuhan Yesus dengan memeliharan apa yang kita miliki. Sekali lagi, Mujizat itu berjalan dalam proses danĀ bersedialah taat kepada kehendakNya. (Tim Admin)