Minggu, 15 Desember 2019; Minggu Adven III

Bacaan Alkitab: Yesaya 35:1-10; Mazmur 146: 5-10; Yakobus 5: 7-10; Matius 11: 2-11

PERCAYA MAKA BAHAGIA

“…Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku…” (Matius 11:6)

Setelah lulus sebagai Sarjana Pertanian, Trisno berkeinginan akan bekerja di salah satu instansi pemerintah. Keinginan tersebut didukung oleh orang tuanya. Trisno kemudian mendaftar ujian CPNS. Di tempat pendaftaran, Trisno didekati oknum yang memberitahu bahwa dia bisa memastikan Trisno diterima menjadi PNS jika mau menyetor uang dalam jumlah tertentu. Ketika menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya, Pak Wiryo dengan bijak mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak benar, bahkan dapat menyusahkan di masa yang akan datang. Trisno taat dan tidak menemui si oknum. Trisno mengikuti ujian CPNS dan memang tidak diterima. Namun dia tidak berputus asa. Trisno kemudian mencari pekerjaan di tempat lain.

Orang yang sudah lulus dari pendidikan tentu berkeinginan untuk yang pertama bisa melakukan kemampuannya. Yang kedua untuk mencari nafkah, untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sayangnya orang kemudian terpikat untuk mencari pekerjaan dengan cara mudah meskipun tidak jujur karena takut tidak dapat segera bekerja. Orang-orang yang demikian tidak percaya bahwa Tuhan Allah sudah menyediakan tempat yang lebih baik.

Pada waktu itu Yohanes Pembaptis ragu karena belum sungguh percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan oleh para nabi. Oleh karena itu ia mengutus murid-muridnya untuk menghadap meminta penjelasan dari Tuhan Yesus. Kepada para utusan tersebut, Tuhan Yesus menceritakan peristiwa yang sudah terjadi di antara orang Yahudi yang menyatakan bahwa Dialah Mesias.

Masa Adven mendatangkan kebahagiaan karena kita menantikan kedatangan Tuhan Allah sang sumber kehidupan dan keselamatan kita. |*GPY

(Sumber: Sabda Winedhar)

Bacaan Alkitab Sepekan

Sabtu, 21 Desember 2019; Minggu Adven III

2 Samuel 7: 23-29; Mazmur 80:1-7; Mazmur 80: 17-19   Yohnes 3: 31-36

TETAP BAHAGIA

“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal…” (Yohanes 3:36a)

Kemantapan Pak Wiryo dan Bu Minal berusaha menyekolahkan anak-anak sampai lulus tidak sia-sia. Setelah lulus kuliah, anak-anak bisa bekerja meskipun di tempat yang jauh, termasuk Trisno. Hasil usaha tersebut mendatangkan kebahagiaan suami-istri berdua. Meskipun hanya petani kecil yang hasil usahanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, Pak Wiryo dan Bu Minal tidak sedih apalagi rendah diri. Yang dirasakan hanyalah kebahagiaan.

Demikian juga kebahagiaan Raja Daud karena Tuhan Allah telah menetapkan bangsa Israel sebagai milik Tuhan Allah sehingga menerima janji akan senantiasa berlimpah berkat. Janji tersebut menjadi dasar kebahagiaan ketika bangsa Israel dikepung oleh musuh dan harus berperang melawan bangsa dan kerajaan di kanan-kirinya yang senantiasa mengganggu.

Memang keadaan hidup tidak ajeg. Orang yang bekerja di kantor akan pensiun. Para petani dan pedagang tidak selalu lancar pendapatannya. Orang tua harus melepaskan anak untuk menuntut ilmu atau bekerja di tempat yang jauh sehingga tidak bisa senantiasa diawasi keadaannya setiap hari. Semua keadaan tersebut membuat manusia takut dan khawatir, kehilangan sukacita. Namun berbahagialah setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Tuhan Yesus yang kita imani sebagai Juru Selamat memang diutus sendiri oleh Tuhan Allah. Oleh karena itu tiap orang yang percaya kepadaNya berarti juga percaya kepada Tuhan Allah, dan akan menerima ganjaran berupa kehidupan kekal. Hal tersebut menjadi dasar supaya setiap orang percaya meskipun di tengah keadaan dunia yang tidak ajeg, tetap berlimpah kebahagiaan. |*GPY

(Sumber: Sabda Winedhar)

Bacaan Alkitab Sepekan

Jumat, 20 Desember 2019; Minggu Adven III

Bacaan Alkitab: 2 Samuel 7: 18-22; Mazmur 80: 1-7;  Mazmur 80:17-19    Lukas 1: 26-38

JADILAH MENURUT PERKATAANMU

“Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu…” (Lukas 1:38a)

Raja Daud tentu berlimpah dengan sukacita. Dia hanyalah bocah
penggembala domba namun oleh Tuhan Allah ditetapkan sebagai Raja atas
Israel dan Tuhan berjanji bahwa keturunan Daud serta kerajaannya akan kekal
dan kuat. Kebahagiaan tersebut diungkapkan dalam bentuk doa. Daud
bersyukur karena kemurahan Tuhan Allah atas dirinya. Kebahagiaan dan rasa
syukur tak hanya diwujudkan dalam doa, namun juga dinyatakan dalam
kehidupan. Selama hidup dan pemerintahannya berlangsung, Raja Daud
tergolong Raja bangsa Israel yang takut-hormat dan setia kepada Tuhan Allah.
Bagi Pak Wiryo dan Bu Minal, menyekolahkan anak adalah hal yang berat
karena mereka hanyalah petani kecil. Hasil pertanian mereka sesungguhnya
hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, kecuali membantu
Pak Wiryo di sawah, Bu Minal juga membuka warung makan di rumah. Karena
masakahnya enak, banyak orang yang memesan masakan atau gorengan
kepada Bu Minal. Melakukan 2 pekerjaan itu melelahkan. Namun ia tetap
menjalaninya dengan hati bersuka karena percaya bahwa yang dikerjakan
akan mendatangkan kebaikan bagi anaknya.
Memang tidak mudah percaya pada hal yang belum kelihatan atau yang
belum terjadi. Raja Daud belum bisa melihat bahwa keturunannya dan
kerajaannya akan kekal. Demikian juga Pak Wiryo dan Bu Minal belum bisa
melihat kelak anak-anak yang disekolahkan tersebut akan menjadi pribadi
yang bagaimana. Meskipun demikian, keduanya tetap percaya kepada janji
Tuhan Allah dan ketekunan usaha mereka untuk mencukupi kebutuhan.
Sebagaimana ucapan Maria: “jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.
|*GPY

(Sumber : Sabda Winedhar)

Bacaan Alkitab Sepekan