Home » Artikel » Seni Merawat Cinta di Tengah Keluarga

Seni Merawat Cinta di Tengah Keluarga

GKJBrayatKinasih, Miliran – Tanggal 4 Oktober 2020 nanti kita akan melaksanakan Perjamuan Kudus sedunia, yang kita rayakan bersama dengan seluruh orang percaya. Bulan Oktober adalah bulan yang istimewa karena kita juga akan merayakan Bulan Keluarga, di mana setiap anak juga akan dipanggil dalam keterlibatan mereka di dalam perjamuan kudus ini.

Anak-anak terlibat dan ikut serta di dalam perjamuan kudus ini karena mereka adalah bagian dari orang percaya, dan tetap membutuhkan pemeliharaan iman. Perjamuan kudus, di dalam seluruh misteri hadirnya Tuhan dalam peristiwa roti dan anggur yang akan diterima anak-anak kita, adalah bagian yang akan memelihara hidup dan iman mereka.

Sinode GKJ dan GKI SY Jawa Tengah melalui LPPS menentukan tema Bulan Keluarga tahun ini adalah “Seni Merawat Cinta di Tengah-tengah Keluarga.” Tentu ada alasannya kenapa harus ada seni merawat cinta itu. Nah alasannya adalah, di masa pandemi ini orang membatasi diri untuk keluar rumah, orang membatasi diri untuk beraktivitas seperti dulu. Saat ini orang bekerja dari rumah, belajar dari rumah, belanja dari rumah. Kondisi itu ternyata disinyalir menumbuhkan benih-benih stress.

Ekspresi stress ini biasanya ditunjukkan dengan sikap gampang marah, gampang emosi. Dulu sebelum ada pandemi, kalau bosan di rumah biasanya pergi berlibur, ke mall atau ke mana saja untuk menghilangkan kejenuhan. Tapi kondisi yang sekarang membuat semuanya menjadi terbatas.

LPPS menangkap konteks persoalan ini, bahwa tanpa disadari, kadang-kadang dalam situasi seperti ini keluarga mengalami letupan-letupan kebosanan, letupan-letupan kemarahan, baik yang terungkap maupun yang tidak terungkap.

Pandemi seperti badai besar yang kencang sekali menerpa rumah kita, yang kemudian menghancurkan banyak hal dan hanya menyisakan pondasi, dan pondasi itu keluarga. Kita sudah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan ibadah, kegiatan PA dan lain-lain, tapi semuanya seolah hancur diterpa badai, dan di sini kita baru sadar, bahwa pondasi yang sesungguhnya baik hidup, baik iman, itu adalah keluarga.

Ketika ibadah bersama tidak mungkin, masih ada ibadah keluarga. Ketika perjumpaan dengan yang lain dibatasi, maka perjumpaan dengan keluarga tetap ada. Hal ini semakin menunjukkan kepada kita, bahwa ke depan, basis, dasar dan pilar utama adalah keluarga.

Maka, dengan memlihara cinta di tengah keluarga, kita sedang menguatkan pondasi bangunan apapun yang kita miliki, termasuk bangunan iman.

Dalam rangka memlihara pondasi itu, kita belajar dari kebenaran Firman Tuhan. Pertama, Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga. Kedua, Nyatakanlah segala sesuatu kepada Tuhan dengan doa dan ucapan syukur. Ketiga, Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memlihara hati dan pikiranmu. Bagian inilah yang akan kita dalami lebih lagi di dalam Perjamuan Kudus. (Tim Admin)

  • Tulisan ini adalah materi kotbah Pdt Sundoyo yang disampaikan dalam Ibadah Pendadaran Perjamuan Kudus, Selasa, 15 September 2020

Selengkapnya silahkan klik video berikut.