Home » Renungan » Menyangkal Diri Kita Sendiri

Menyangkal Diri Kita Sendiri

MENYANGKAL DIRI KITA SENDIRI
(Lukas 9 : 22 – 26)

TUHAN selalu menarik garis tegas antara kerajaan Allah dengan dunia ini. Siapa yang mengikuti Tuhan, harus melepaskan diri dari pemikiran keduniawiannya.

Kepada seorang kaya dikatakan bahwa lebih mudah onta masuk melalui kelubang jarum daripada orang kaya memasuki kerajaan Allah. Karena orang semacam itu pasti akan senantiasa memberati hartanya saja. Maka juallah semua barangmu dan hasilnya berikan kepada fakir miskin, kemudian barulah kamu mengikut Aku.

Kepada Nekodemus, Tuhan Yesus berkata : Hanya orang yang telah lahir kembali yang bisa melihat kerajaan Allah.

Apakah Tuhan tidak memperbolehkan kita menjadi orang kaya? Apakah Tuhan mengharuskan kita mati dan meninggalkan dunia fana ini? Tentu saja tidak. Yang Dia maksud adalah dimana hatimu terpaut?.

Kalau kita mengaku percaya kepada Dia, maka hendaklah betul-betul bulat, tidak setengah-setengah, tidak suam-suam, apalagi mendua hati. Tuhan sungguh-sungguh cemburu.

Demikianlah yang seringkali menghalangi hubungan kita dengan Tuhan melalui doa-doa kita, adalah justru kita sendiri yang kurang percaya penuh kepada-Nya.

Kita hidup dengan diberi anugerah : raga, jiwa dan roh. Hidup dengan roh, itulah yang mendekatkan kita dengan Dia. Sedangkan raga atau kedagingan, begitu pula akal budi, segala penalaran, rasio, justru mengganggu.

Apakah Tuhan memerintahkan kepada kita untuk menterlantarkan raga kita biar saja sakit dan rusak. Sekali-kali tidak. Justru harus dijaga kesehatan dan kesuciannya, karena raga kita ini adalah bait Allah.

Dan apakah Tuhan menyuruh kita untuk mengabaikan akal budi kita? Bukan, justru Tuhan memberikan bagi kita banyak anugerah/karunia roh dalam bentuk macam-macam talenta. Maka segala yang telah  kita miliki itu hendaknya kita sediakan sepenuhnya untuk dipakai Tuhan, kalau kita mampu mengerjakan apa saja, bukan karena kemampuan kita sendiri, melainkan karena kuasa Tuhan.

Dengan berdoa dan berpuasa, permohonan kita terkabul. Bukan  karena kekuatan kita, tetapi karena kita menjadi dekat dengan Tuhan dan Tuhanlah yang   berkenan atas kita. Amin. *(Sdm Sny).