SinodeGKJBrayatKinasih, Yogyakarta – Mike Makahenggang, S.Si, M.A.P.S dinyatakan lulus dalam ujian calon pendeta atau ujian peremtoir yang dilaksanakan di GKJ Suryodiningratan, Sabtu, 27 Februari 2021. Kak Mike -begitu panggilan akrabnya, selanjutnya akan menjalani masa vikariat selama setidaknya 1 tahun, sebelum ditetapkan sebagai Pendeta GKJ Brayat Kinasih. Dan inilah catatan kecil kesan-kesannya menjalani ujian tersebut.
Tanggal 27 Februari 2021 menjadi hari bersejarah bagi saya secara pribadi, hari dimana saya diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian peremtoir. Sebuah peristiwa yang tidak tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, akan berada di ruangan ini bersama dengan orang-orang yang mungkin sebagian besar belum saya kenal, selain itu juga saya belum memiliki pengalaman melihat ujian peremtoir namun berkat dukungan dari para pembimbing dan seluruh jemaat GKJ Brayat Kinasih saya di mampukan melewati masa menegangkan itu.
Sidang istimewa klasis Yogyakarta Selatan di buka dengan ibadah pembuka dan dilanjutkan dengan memasuki agenda ujian peremtoir atas diri Sdr. Tri Nur Adi dan saya sendiri, Mike Makahenggang.
Jadwal ujian yang diatur, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian di sesi pertama dengan makalah yang diujikan adalah makalah TGTL dengan judul: “Eklesiologi GKJ Menurut Mukadimah TGTL Dengan Pendekatan Appreciative Inquiry (AI)” dan makalah Sejarah dengan judul: “Panggilan Serta Keterlibatan GKJ Brayat Kinasih Dalam Dunia Pendidikan”.
Materi ujian lain adalah makalah PPA GKJ berjudul: “Esensi Ibadah di Masa Pandemi (dari gedung gereja ke rumah)”, dan makalah khotbah: “Kreativitas Pengkhotbah (upaya mengenali diri berdasarkan tipe spiritualitas menurut Gary Thomas)”.
Setiap makalah diberikan durasi waktu 5 menit presentasi dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, durasi 15 menit untuk pembimbing, 10 menit untuk visitator Sinode dan 10 menit utusan dari gereja-gereja.
Saat yang paling menegangkan adalah ketika masuk dalam sesia tanya-jawab, ketakutan pertama saya adalah ketika ada utusan gereja yang bertanya tentang kemampuan saya berbahasa Jawa, atau bertanya tentang ke-GKJ-an yang sangat mendalam, karena saya sadar banyak hal tentang GKJ yang belum saya pahami.
Satu hal yang membuat saya kuat adalah ada dukungan yang saya rasakan dengan melihat ada jemaat Brayat Kinasih yang mendampingi saya baik dengan hadir langsung di lokasi ujian yakni GKJ Suryodingratan maupun yang hadir secara daring tetapi ada juga yang selalu memberikan dukungan melalui pesan yang di kirimkan lewat whatsApp.
Sebuah peristiwa yang tidak bisa saya bayangkan sebelumnya bagaimana saya mampu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan, tetapi juga saya sadari ada banyak jawaban yang mungkin belum dapat memberikan kepuasan untuk setiap penanya.
Sepanjang ujian berjalan Firman Tuhan dalam Mazmur 46:10 inilah yang selalu membuat saya tenang. “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah” menjadi kekuatan bagi saya untuk tetap berusaha tenang, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa melewati waktu dari pagi hingga sore di tanggal 27 Februari ini bukanlah hal yang mudah.
Dan ada satu peristiwa yang semakin menguatkan saya adalah ketika akan masuk pada ujian makalah Khotbah dan dimulai dengan khotbah, tema khotbah yang saya angkat adalah: Siapakah yang kau sebut saudaramu?
Saat menyampaikan khotbah tersebut saya merasakan begitu dicintai karena ketika melihat ke kursi jemaat ada perwakilan dari GKJ Brayat Kinasih yakni majelis serta Pdt. Sundoyo dan Pdt. Nani Minarni yang membuat saya merasakan ayat itu benar-benar ingin mengatakan diam dan tenanglah karena Aku Tuhanmu.
Kehadiran-Nya betul-betul saya rasakan melalui orang-orang yang saya lihat di ruangan sidang maupun yang hadir melalui zoom, dan ketenangan itu pun saya rasakan saat memasuki ruangan pertama untuk sesi pertama saya, sempat merasakan ketakutan tetapi saya merasa tenang ketika melihat ada anggota jemaat Brayat Kinasih yang hadir di ruangan itu, sebagai sekretaris dan juga teman-teman dari multimedia.
Tidak putus-putusnya saya mengucapkan terima kasih untuk seluruh keluargaku di GKJ Brayat Kinasih yang telah membuka hati untuk menerima saya sebagai bagian dari keluarga di jemaat yang dikasihi Tuhan ini. Saya tetap membutuhkan wejangan, dukungan dan support serta kritikan jika ke depan ditemukan ada hal-hal yang saya lakukan yang tidak berkenan. Mari berjalan bersama dalam kebersamaan cinta kasih dari Tuhan Yesus Kristus.