GKJBrayatKinasih, Miliran – Pandemi yang sudah berlangsung hampir satu tahun, telah menimbulkan penderitaan bagi banyak orang. Banyak diantara sahabat dan saudara kita yang sakit dan bahkan dipanggil Tuhan. Banyak juga yang menderita secara ekonomi karena kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Lalu, bagaimana kita memaknai penderitaan ini?
Program acara Renungan Tengah Minggu (RTM) edisi kedua 2021, Rabu, 10 Februari 2021, mengambil tema: “Mencari Makna Dalam Penderitaan.” Acara ini dipandu oleh Kak Tyas diiringi pujian Mas Andre dan Mas Evan. Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Nani Minarni, yang mengambil dasar Firman dari Yohanes 5:1-18, tentang kisah seseorang yang mengalami sakit selama 38 tahun, dan berharap mendapat pertolongan dari fenomena ilahi yakni goncangan air kolam Betesda.
Alih-alih mendapat kesembuhan dari “kuasa” kolam Betesda, orang tersebut justru mendapat kesempatan didatangi langsung oleh Tuhan Yesus. Namun Tuhan Yesus tidak langsung memberikan kesembuhan, melainkan mengajak berdialog sekaligus memberikan penawaran: maukah engkau sembuh?
Pdt. Nani menjelaskan, dari aspek psikologi keagamaan, apa yang dilakukan Tuhan Yesus ini adalah religious experience, yakni pengalaman keagamaan yang khas yang akan membantu seseorang mampu memaknai penderitaan dalam hidupnya, sekaligus mencapai perjumpaan dengan Tuhan lebih dalam lagi.
Melalui peristiwa ini Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa yang dibutuhkan orang yang sakit itu adalah “Self Healing”, artinya penyembuhan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. karena itu Dia berkata: “Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah.” (ayat 8).
“Jadi kalau kau mau sembuh mulailah dari dirimu sendiri,” kata Pdt. Nani.
Yesus ingin menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kesembuhan harus dimulai dari diri sendiri, penyembuhan dimulai dari dalam dan perlu ada usaha serta kerja tetapi juga percaya kepada kekuasaan Tuhan.
Hal menarik lain dari Firman Tuhan ini adalah perkataan Tuhan Yesus pada ayat 17. “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.”
“Ini terjadinya ribuan tahun yang lampau, Yesus sudah katakan itu dan di tengah penderitaan pandemi sekarang dan juga penderitaan apapun, kalimat ini akan tetap up to date,” ujar Pdt. Nani.
Jadi, penderitaan itu kita maknai sebagai bagian dari proses personal, pengalaman sakit, pengalaman sembuh, pengalaman kuasa Allah, pengalaman merespon komentar orang lain dan bagaimana mengolah dan belajar terus mengimani janji Allah bahwa Bapa bekerja sampai sekarang. (Mike Makahenggang/Tim Admin)