GKJBrayatKinasih, Miliran- Segala sesuatu yang kita miliki termasuk uang dan kekayaan sesungguhnya adalah milik Tuhan yang harus kita pertanggung jawabkan pengelolaannya. Tuhan memberikan talenta kepada kita bukan hanya untuk disimpan, melainkan untuk dikembangkan.
Pendeta Sundoyo dalam kotbah berseri bagian kedua Minggu, 8 September 2019 menjelaskan, kita semua adalah para pengelola talenta yang harus bekerja keras menghasilkan sesuatu yang berkenan bagi Tuhan. “Semua adalah milik Tuhan. Modal dan keuntungan adalah milik Tuhan. Kita sebagai pengelola dan ada mekanisme pertanggungjawabannya,” kata Pak Sundoyo.
Pak Sun mendasarkan kotbahnya pada Firman Tuhan dalam Kitab Matius 25 ayat 14-30, tentang perumpamaan hamba-hamba yang dititipi talenta atau uang oleh tuannya. Hamba yang diberi 5 dan 2 talenta bekerja keras mengelola talentanya hingga menghasilkan keuntungan 100 persen dari talenta yang diberikan. Sedangkan seorang hamba lain yang diberi 1 talenta justru menyimpan talenta itu hingga tuannya kembali.
Sang Tuan ternyata lebih berkenan kepada 2 hambanya yang mau bekerja keras mengelola talenta yang dititipkan. Ia menyebut hamba itu hamba yang baik hati dan setia. Sedangkan kepada hamba yang hanya menyimpan talentanya, Tuan itu marah besar dan menyebutnya sebagai hamba yang jahat dan tidak berguna. Ia bahkan memerintahkan agar hamba yang malas itu dimasukkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa semua manusia atau hamba Tuhan telah diberi talenta meski dengan jumah yang berbeda-beda. Namun talenta itu tetap harus dikelola dan dikembangkan. Kita tidak boleh mendiamkan atau hanya menyimpan telenta yang Tuhan berikan.
Pendeta Sundoyo mengatakan, hamba yang baik adalah hamba yang selalu mensyukuri pemberian Tuhan, bertanggung jawab atas talenta yang diberikan, rajin mengelolanya dan mampu menghasilkan keuntungan bagi tuannya. Sedangkan hamba yang jahat adalah hamba yang suka menyalahkan, bekerja seenaknya saja, malas dan merugikan tuannya.
“Tuhan telah memberikan bekal lebih dari cukup kepada kita semua. Hidup menjadi modal besar dan utama. Kelemahan menjadi sumber kekuatan,” kata Pak Sun mengakhiri kalimatnya. Di bagian akhir kotbah, Pak Sun kemudian memutar video tentang sisi lain sosok Christiano Ronaldo, pesepakbola hebat yang ternyata memiliki latar belakang kehidupan kelam.
Ronaldo lahir dari keluarga miskin. Ayahnya hanyalah seorang petugas kebersihan dan melayani keperluan para pemain bola. Sang Ayahpun meninggal akibat kecanduan alkohol ketika Ronaldo masih belia. Sementara Ibu Ronaldo mengakui bahwa sesungguhnya anak bungsunya itu sempat akan diaborsi. Ronaldopun sempat putus sekolah karena ketiadaan biaya.
Tapi Ronaldo kecil yang punya penyakit jantung ini tak putus asa, ia merasa memiliki bakat bermain bola dan ia berusaha keras mengembangkan talentanya itu hingga menjadi pesepakbola dunia yang tersohor. Kisah ini menginspirasi kita untuk terus berusaha mengembangkan talenta yang Tuhan berikan. (Tim Admin)
Khotbah sebelumnya : Uang dalam Relasi Manusia dengan Tuhan