GKJBrayatKinasih, Jakarta- Sebanyak 250 pemuka agama yang berasal dari lembaga-lembaga keumatan serta para peninjau aliran kepercayaan mengikuti Musyawarah nasional (Munas) Tokoh Antaragama untuk Membangun Budaya Damai, di Hotel Shangrila, Jakarta (11/9/2019). Munas antaragama tersebut merupakan inisiasi dari Utusan Khusus Presiden untuk Dialog Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Syafiq Mughni.
Kepada awak media, Syafiq Mughni menjelaskan, sesuai dengan tema tersebut, perdamaian adalah syarat mutlak bagi stabilitas dan pembangunan yang berkelanjutan. Perdamaian selalu dibutuhkan di mana dan kapan saja, dan karena itulah harus merupakan perdamaian yang berkelanjutan bukan yang sporadis dan berjangka pendek.
“Budaya damai perlu dikembangkan agar masyarakat memiliki daya tahan kuat untuk menangkal berbagai macam ancaman baik internal maupun eksternal terhadap keutuhan bangsa dan negara. Salah satu upaya yang dibutuhkan adalah membangun budaya damai,” katanya.
Syafiq menambahkan, pembangunan budaya damai menuntut partisipasi seluruh elemen bangsa, termasuk tokoh-tokoh lintas agama. Sekalipun seringkali penyebab konflik dan ketegangan adalah faktor-faktor nonagama, peran tokoh agama tetap sangat penting dan dibutuhkan.
“Pengetahuan tokoh agama tentang situasi lokal dan aksesnya terhadap masyarakat akar rumput menyebabkan sangat efektif dalam menegakkan perdamaian dan membangun budaya damai yang berkesinambungan,” katanya.
Munas antaragama yang berlangsung sejak 11-13 September 2019 ini, akan menghasilkan sebuah deklarasi, pernyataan atau manifesto yang nantinya bisa mengikat perdamaian sehingga menjadi sebuah kontribusi yang nyata dan positif bagi kemajuan bangsa dan negara di masa mendatang. (Sumber: pgi.or.id)