GKJBrayatKinasih, Miliran- Warga jemaat GKJ Brayat Kinasih patut bersyukur atas berkat Tuhan yang luar biasa, berupa tambahan lahan baru seluas kurang lebih 408 meter persegi. Bagi Pak Pendeta Sundoyo, berkat ini adalah jawaban Tuhan atas doa seluruh jemaat yang ingin GKJ Brayat Kinasih menjadi pusat pengembangan Kristiani atau Christian Center.
Pak Sundoyo menjelaskan, visi GKJ Brayat Kinasih adalah Menjadi Christian Center. Beberapa ciri penting dari Christian Center adalah pertama, menjadi gereja yang terbuka ( terbuka terhadap semua orang, terbuka dengan pendekatan-pendekatan baru dalam hal pemeliharaan iman dan pewartaan kasih Tuhan bagi dunia). Kedua, kesedian menjadi pelopor dan kesediaan menerima mereka yang mau belajar (mencoba hal-hal baru) dalam berbagai pendekekatan.
“Semangat itu membuat gerak pelayanan GKJ Brayat Kinasih menjadi dinamis. Ada perkembangan dari sisi jumlah warga gereja maupun warga simpatisan, ada perkembangan cara-cara baru dalam pelayanan,” ujar Pendeta Sundoyo.
Lebih lanjut ia mengatakan, perkembangan gereja yang demikian membutuhkan sarana dan prasaranan penunjang. Gedung dan ruangan-ruangan mulai dibangun untuk menyediaan ruang kegiatan, demikian juga lahan parkir dibutuhkan.
Akhirnya Tuhan memberkati dengan luas tanah kurang lebih 800 m2 di bagian samping utara gereja, dan bersyukur tanah di bagian belakang ini bisa dipakai untuk lahan parkir dan kegiatan outdoor. Hanya saja jalan ke lahan parkir harus melewati jalan penghuhung ruang konsistori dan gedung gereja, karena memang hanya ada satu jalur yang digunakan untuk mobil, sepeda motor dan pejalan kaki.
Yang lebih membahayakan menurut Pak Pendeta Sundoyo, bahwa jalan kendaraan itu melewati pintu keluar masuk ruang sekolah minggu balita… kondisi ini tentu berbahaya.
“Cukup lama kita berdoa supaya tanah sebelah utara gereja dijual ke gereja, sehingga tanah di bagian belakang dapat nyambung sampai ke tepi jalan. Akses yang selama ini dirindukan…,” ujar Pak Sun.
Namun dengan berdoa dan berusaha, majelis dan jemaat terus menyisihkan dana untuk tabungan investasi, sampai akhirnya setelah hampir 3 tahun berdoa, tanah tersebut ditawarkan.
“tetapi kita sempat ‘ngeper’ karena harganya sangat mahal. Dengan luas kurang lebih 400 meter persegi butuh 2,4 miliar. Tabungan gereja dihitung semuanya dan masih ada kekurangan dana 1,7 M… dari mana ini?” kata Pak Sun.
Namun dalam kebingungan datang kabar yang membuat sedikit lega sekaligus sedih. Lega karena pemilik tanah mencabut penawaran, tanahnya tidak jadi dijual karena ada ahliwaris yang tidak setuju, sehingga gereja tidak pusing lagi mencari tambahan 1.7 miliar. Sedih karena kesempatan menjadi hilang. “..sungguh sedih,” ujar Pak Sundoyo.
Walau tidak jadi dijual, Pak Sundoyo dan warga jemaat Brayat Kinasih masih yakin bahwa tanah itu akan menjadi milik mereka. Karena keyakinan itulah, maka majelis gereja memikirkan berbagai skenario untuk mencukupi dana. Ada skenario menjual tanah di Candisambisari (tanah persiapan rumah emiritus), ada skenario meminjam dana ke beberapa alternatif pemberi dana, sampai akhirnya….ada kesanggupan seseorang yang bersedia memberikan pinjaman ke gereja sebesar kebutuhan dana untuk pembayaran tanah.
“Kita mengajukan pinjaman 1.7 miliar dengan bunga sama dengan bunga deposito, tenor 8 tahun. Pengajuan disetujui tenpa bunga… sungguh berkat yang luar biasa.. akhirnya kita bisa membayar tanah tersebut… dan tinggal menyelesaikan pinjaman tersebut…,” kata Pak Sundoyo mengakhiri penjelasannya. (Tim Admin)