GKJBrayatKinasih, Yogyakarta- Ini bukan tentang cerita filosofi kopi, karena sejujurnya penulis sangat awam tentang kopi.Tidak jelas juga apakah penulis termasuk pecandu kopi atau penikmat kopi saja. Tapi Ini sedikit cerita tentang kopi dan bagamana orang menikmatinya.
Beberapa waktu lalu ibu Hermawati majelis GKJ Brayat Kinasih memberikan oleh-oleh kopi dari Medan. Hampir setiap pagi penulis menyempatkan diri membuat kopi tersebut, aromanya kuat banget di hidung dan saat menyeruput….hmmm rasanya pahit, pahit banget…. tapi penulis suka. Mungkin karena hidup penulis sudah terasa manis sehingga suka yang pahit (hehehe….bercanda saja). Penulis suka banget rasa pahit itu, tetapi bagi Pak Priyo (cleaning service gereja) rasa pahit itu terasa membekas di tenggorokan dan tidak hilang-hilang, sehingga ia tidak menyukainya.
Ya begitulah, ternyata dari kopi yang sama setiap orang memiliki kesan berbeda saat menikmatinya. Penulis lebih suka menikmati kopi asli yang rasanya pahit, tapi Pak Priyo lebih suka menikmati kopi ditambah gula agar ada rasa manis-manisnya.
Cerita singkat ini hampir mirip dengan ilustrasi yang disampaikan Pdt. Sundoyo saat menyampaikan Firman Tuhan di wilayah 5, Kamis 20 September 2018, dalam rangka persiapan perjamuan kudus. Dasar Firman Tuhan dibacakan dari Roma 12:1-3. Pak Sundoyo memberikan ilustrasi bagaimana setiap orang bisa berbeda menanggapi cucian baju yang menumpuk. “Pasti ada yang menanggapi dengan keluhan misalnya: wah capek cucian banyak, wah ga ada yang bantuin, padahal itu bisa ditanggapi dengan ungkapan syukur: bersyukur masih punya banyak pakaian, bersyukur bisa mencuci untuk gerak badan dan lain-lain,” kata Pak Sun. Beliau juga memberi contoh tentang hujan yang kebetulan hari itu turun sebelum persekutuan digelar. Ada yang merespon dengan syukur ada yang merespon dengan keluhan. “Respon syukur itu sebenarnya cuma salah satu contoh bagaimana kita bisa merasakan pertumbuhan rohani pada diri kita selama ini,” demikian Pak Sundoyo.
Selanjutnya Pak Sun menjelaskan, untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana kondisi rohani kita, kita perlu melakukan “cek up” rohani secara pribadi. Adapun alatnya oleh Pdt.Sundoyo diberikan berupa daftar pertanyaan yang harus kita jawab secara pribadi. Daftar pertanyaan dibagi dalam tujuh bagian yaitu: Rasa Syukur, Kehidupan Rohani, Pengampunan, Kasih Bagi Sesama, Sikap Terhadap Alam, Kehidupan Keluarga dan Kehidupan Sosial.
Setelah menjawab dengan jujur secara pribadi diharapkan kita mampu mengetahui dimana letak kelemahan rohani kita dan memohon kekuatan Tuhan agar kita diberikan kekuatan untuk bertumbuh dan berbuah secara rohani. Itulah Firman Tuhan yang menjadi dasar untuk pendadaran kesiapan warga jemaat khususnya wilayah 5 kemarin sore.
Perjamuan Kudus yang akan dilaksanakan pada Minggu, 07 Oktober 2018 adalah Perjamuan Kudus Sedunia yang melibatkan anak-anak untuk bisa mengikuti perjamuan kudus. Sehingga diharapkan orang tua untuk mulai menceritakan dan mendampingi anak-anaknya yang akan mengikuti perjamuan kudus. Selamat mengikuti Perjamuan Kudus Sedunia bersama keluarga.Tuhan memberkati. (Anton Arijadi)