Home » Warta Kegiatan » Ibadah HUT RI ke-72, Orang Kristen Harus Ikut Memikirkan Nasib Bangsanya

Ibadah HUT RI ke-72, Orang Kristen Harus Ikut Memikirkan Nasib Bangsanya

(Suasana Ibadah HUT RI ke-72, Kamis 17 Agustus 2017)

GKJbrayatkinasih, Miliran- Kebaktian khusus Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72, Kamis 17 Agustus 2017 berlangsung khidmat. Meski ibadahnya bukan di hari Minggu, banyak warga yang hadir dan bersemangat memuji Tuhan dalam balutan busana bernuansa merah dan putih.

Ibadah Kamis sore itu juga disemarakkan oleh persembahan pujian panembromo dari kelompok Paduan Suara Adiyuswo. Meski tanpa iringan musik gamelan, mereka bersemangat menyenandungkan seruan persatuan dan semangat membangun Bangsa Indonesia, dan kemudian diakhiri dengan pekik ‘Merdeka’. Semangat mereka tetap membara meski sudah di usia senja.

(Paduan Suara Adiyuswo)

Dalam kotbahnya, Bapak Pendeta Sundoyo kembali mengingatkan warga jemaat untuk tidak hanya memikirkan keselamatan diri sendiri dan ‘kelompok’nya, tetapi juga ikut memikirkan nasib bangsanya, dan berperan aktif dalam kegiatan berbangsa dan bernegara. “Orang Kristen itu tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya saja, tetapi juga memikirkan bangsa dan negaranya,” ujar Pendeta Sundoyo.

Ia kemudian memberi contoh apa yang dilakukan Pendeta Basuki, seorang pendeta GKJ yang tidak hanya memikirkan gerejanya, tetapi memikirkan nasib orang Kristen di seluruh Indonesia yang terpisah dalam tembok-trembok gedung gereja. Pemikiran itulah yang kemudian melahirkan ide pembentukan PGI (Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia) yang dulu bernama DGI (Dewan Gereja-Gereja di Indonesia).

Pendeta Basuki juga berpikir agar orang Kristen ikut berkiprah dan memberi warna ‘Kristen’ dalam kehidupan perpolitikan bangsa Indonesia, sehingga kemudian mendirikan Partai Kristen Indonesia atau Parkindo.

Pak Pendeta Sundoyo juga memberi contoh kehidupan GKJ Susukan yang terletak di perbatasan Boyolali-Salatiga, yang pendetanya sekaligus menjadi Kepala Desa setempat. Sang Pendeta dan jemaatnya, tidak hanya berkutat dengan gereja dan kelompoknya saja, tetapi juga ikut membangun masyarakat di sekitarnya.

Belajar dari pengalaman tersebut, Pak Sundoyo mengajak warga jemaat GKJ Brayat Kinasih untuk membuka diri dan ikut memberi ‘warna’ pada lingkungan di sekitarnya. Ia juga menyitir imbauan yang disampaikan oleh Sinode GKJ, agar gereja dan orang Kristen menjadi pelopor kesetaraan. (tim admin)