GKJBrayatKinasih – Di dalam keyakinan Kristen dogma tentang kelahiran kembali menjadi salah satu tema yang sangat penting. Orang yang percaya kepada Yesus Yristus sebagai Tuhan dan Juruselamat diharapkan juga bisa menjalani hidup baru bersama Tuhan.
Hidup baru tersebut adalah hasil dari proses yang disebut sebagai kelahiran kembali. Di dalam proses tersebut orang diajak untuk mematikan kedagingannya bersama dengan kematian Kristus untuk kemudian dibangkitkan bersama dengan Kristus ke dalam kehidupan baru.
Roma 6: 4-6, menuliskan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena
kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.”
Oleh karena itu tepatlah apa yang ditulis oleh Surat 1 Petrus 1: 3, “… yang karena
rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh harapan.”
Tentang kisah kelahiran baru ini, kita mungkin bisa belajar dari sosok seorang pendeta yang tubuhnya dipenuhi oleh tato. Namanya adalah pendeta Agus sutikno. Ia saat ini melayani para penjaja seks komersial dan anak-anak mereka, para waria, dan orang-orang gelandangan di Semarang. Tato di sekujur tubuhnya menjadi bukti sejarah bahwa ia dahulu adalah anak jalanan dengan berbagai tabiat yang menyertainya. Ia dulu suka mabuk, mengkonsumsi narkoba dan hidup menggelandang di jalan.
Kisah hidup Agus Sutikno berubah ketika Yesus menjumpainya secara pribadi. Perjumpaan dengan Yesus mampu mengubah hidupnya. Yang tadinya tidak percaya, menjadi percaya kepada Yesus. Yang tadinya hidup semau gue, sekarang hidup semau Yesus. Proses hidup barunya juga bukan proses yang sederhana. Ia sempat dicurigai dan tidak dipercayai oleh orang-orang Kristen, namun ia tetap mencari Tuhan. Sebelum ia mendapat rekomendasi masuk sekolah teologi, ia harus mengabdi selama lima tahun untuk menjadi tukang bersih-bersih gereja. Pekerjaan membersihkan toilet yang tidak pernah mau ia kerjakan saat itu harus ia kerjakan.
Awalnya hatinya memberontak karena ia pun tidak suka disuruh-suruh. Namun kekuatan dari Tuhan menolongnya sehingga ia mampu diubah menjadi pribadi yang rendah hati, pribadi yang mau melayani sebagai hamba. Tatkala ia sekolah teologi, ia adalah satu-satunya orang yang tidak dikirim untuk praktik di jemaat karena tubuhnya yang dipenuhi tato. Ketika lulus pun ia tidak diterima oleh satu jemaat pun untuk menjadi pendeta. Terhadap semua perlakuan tersebut, awalnya ia juga kecewa, marah dan protes! Namun ia pada akhirnya mampu menerima semua itu dengan lapang dada dan terus memegang komitmen untuk melayani Tuhan. Sampai pada akhirnya, dalam pergumulannya, Tuhan memanggilnya untuk menjadi pendeta bagi orang-orang jalanan sejak tahun 2000. Di situlah ternyata ia menemukan passion, panggilannya. Ia menjadi berkat bagi orang-orang yang tersisih.
Saudara, setiap kita dipanggil untuk dilahirkan kembali agar dapat menjalani hidup baru dengan karakter, gaya hidup dan spirit yang baru. Mungkin perjalanan yang kita jalani dalam proses kelahiran kembali tersebut juga tidak mudah seperti yang dialami oleh Agus Sutikno. Namun satu hal yang pasti bahwa Tuhan akan menolong kita. Firman Tuhan katakan dalam 1 Petrus 1: 5a, 6, “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu …. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.“ Amin.
(Sumber : Buku Masa Persiapan Paska 2020 LPP Sinode GKJ)