GKJBrayatKinasih, Miliran – Orang Kristen seringkali dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan dari umat agama lain tentang ajaran atau doktrin iman Kristennya. Tak jarang, orang Kristen jadi kaget dan gamang untuk menjawabnya. Ada rasa tidak percaya diri, takut atau khawatir salah karena memang tidak paham tentang ajaran atau doktrin yang ditanyakan.
Ada sebuah kisah nyata yang patut kita renungkan. Pada suatu kali ada sekelompok anak muda Kristen dari sebuah gereja berkunjung ke sebuah pondok pesantren, diantar oleh pendetanya. Dalam percakapan dengan para santri, ada seorang santri yang bertanya tentang doktrin Allah Tri-tunggal. Sontak anak-anak muda Kristen tersebut menjadi kaget dan kebingungan mau menjawab apa. Pada akhirnya tidak ada satu pun yang berani memberikan jawab. Bisa jadi mereka tidak percaya diri untuk menjawab, atau mungkin mereka tidak sungguh-sungguh paham tentang doktrin tersebut.
Kegamangan seperti itu dialami oleh banyak anak muda Kristen. Bahkan kegamangan tersebut disinyalir menjadi penyebab begitu banyaknya orang Kristen yang dengan mudahnya berpindah agama dengan alasan menikah atau pun karena pekerjaan.
Untuk itulah gereja diimbau untuk berbenah diri agar dalam segala waktu mampu memberikan jawab atas iman yang dipegangnya. Sikap atau yang disebut sebagai apologetika ini sangat penting bagi jemaat/gereja. Melalui apologetika/apologia, orang Kristen berusaha memberikan penjelasan maupun jawaban terhadap kritik dan kesalahpahaman pihak luar.
Surat 1 Petrus 3: 15-16 menyatakan, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertangungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.”
Ayat tersebut tidak hanya berbicara mengenai dasar Alkitab tentang perlunya apologetika, tetapi juga tentang etika berapologetika. Dengan demikian apologetika yang santun/kristiani sangat penting untuk dihidupi, dikembangkan dan diajarkan di jemaat/gereja.
Di Masa Paska 2020 ini gereja diajak untuk menjadikannya masa untuk melakukan upaya-upaya apologetika. Khotbah-khotbah bukan sekadar khotbah biasa, tetapi dikemas dalam bentuk “khotbah pengajaran”, demikian pula bahan Persekutuan Doa, Pemahaman Alkitab, dan lain sebagainya.
Dialog-dialog tentang iman Kristen diharapkan tidak hanya terjadi di bangku katekisasi, tetapi juga melalui sarana-sarana yang lain seperti Persekutuan Doa dan atau Pemahaman Alkitab intergenerasional.
Tujuannya adalah membekali umat agar mampu bersaksi tentang imannya. tanpa harus menyakiti perasaan keber-agama-an orang lain.
(Disarikan dari Buku Masa Paska 2020, LPP Sinode GKJ LPP Sinode GKJ-GKI SW Jateng)