Home » Artikel » Bukan Sandiwara Rohani

Bukan Sandiwara Rohani

GKJBrayatKinasih – Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita tentang berbuat kebaikan kepada orang lain, tentang berdoa dan berpuasa. Inti dari perintah atau ajaran ini adalah melakukan untuk Tuhan bukan supaya dilihat oleh manusia. (Baca Matius 6 : 1-6, 16-18)

Tuhan Yesus mengajarkan agar kita tidak menunjukkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain. Kenapa kebaikan itu tidak perlu ditunjukkan kepada orang lain?. Jawabannya adalah pertanyaan, kenapa kebaikan harus ditunjukkan?. Bagian yang harus dihayati adalah kalau saya berbuat baik kepada seseorang, pertanyaannya adalah subyek dari proses kebaikan itu siapa. Saya atau orang itu atau yang lain.

Kebaikan itu baik, tetapi kalau kebaikan itu didasari dengan emosi, dan bahkan supaya kelihatan menjadi pahlawan bagi yang lain, di situlah kita sudah mengambil alih pihak ketiga yang harusnya ada Tuhan di situ. Yang benar adalah saya sedang menjalankan kebaikan Allah untuk orang itu, bukan saya sedang berbuat baik untuk orang itu. Bukan saya yang menjadi pusat tetapi subyeknya adalah Kristus Tuhan. Jadi ketika kebaikan itu kita lakukan supaya bisa menjadi terkenal dan menguasai orang lain maka kebaikan itu kehilangan maknanya.

Hal kedua soal kesalehan pribadi (berdoa dan berpuasa). Kalau kita cerita kepada orang lain tentang kesalehan kita kira-kira responnya apa?. Kalau orang yang mendengar cerita kita itu sedang baik dengan kita maka mungkin responnya adalah pujian, kemungkinan kedua kita ditegur, kemungkinan ketiga kita dibathin dan diomongin (dirasani). Apa yang kita dapat ketika menceritakan kesalehan kita kepada orang lain?, paling digunjingkan atau mungkin kita dapat pujian tapi kehilangan makna dari kesalehan itu.

Dalam kebaikan penuh dengan kecacatan manusiawi dan tidak mungkin layak di hadapan Tuhan. Jadi mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh bahwa kita dirangkul oleh Tuhan. Rabu Abu dengan prosesi penorehan abu menjadi peringatan bagi kita, bukan hanya soal makna pertobatan tetapi mengingat akan bantuan Allah merangkul ketidaksempurnaan kita.

Oleh : Pendeta Sundoyo, Ssi., MBA
*Disampaikan dalam kotbah ibadah Rabu Abu, 26 Februari 2020.