Home » Artikel » Membangun Kebaikan Dalam Hidup Bersama

Membangun Kebaikan Dalam Hidup Bersama

GKJ Brayat Kinasih, Miliran – Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada semua orang. Menghadirkan kebaikan adalah ibadah, kewajiban yang harus dilakukan tanpa syarat.

Meski terkesan sederhana, melakukan kebaikan atau menghadirkan kebaikan bagi orang lain terkadang tidak mudah. Berbuat baik tidak selalu ditanggapi dengan baik. Berbuat baik tidak selalu direspon dengan baik. Alih-alih mendapat balasan kebaikan, kita justru sering mendapat balasan rasa kecewa, sedih bahkan marah.

Tetapi itulah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada pengikutnya, berbuat baik tanpa syarat. Melalui Kitab Matius 5 : 13-16 Tuhan Yesus mengingatkan bagaimana para pengikutNya berfungsi sebagaimana gambaran ‘garam dan terang dunia’. Pada diri setiap orang sudah punya potensi untuk bertindak baik dan berfaedah dalam hidupnya. Artinya, sebagai pengikut Yesus (orang Kristen) harus bisa berfaedah bagi sesama, jika tidak maka ia tidak ada gunanya lagi.

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga,” demikian Firman Tuhan dalam Matius 5:16.

Tuhan Yesus mengajarkan kepada pengikutnya bahwa berbuat baik itu bukan untuk mendapatkan keselamatan, sebab keselamatan adalah anugerah Allah, juga bukan karena usaha manusia dengan melakukan aturan-aturan keagamaan seperti dalam hukum Taurat. Keselamatan juga tidak ditentukan oleh tokoh agama: seperti pendeta, ahli Taurat atau pemimpin keagamaannya, sebab mereka juga manusia biasa yang bisa jatuh ke dalam dosa dan penyalahgunaan wewenang keagamaan.

Melalui pengajarannya di atas bukit, Tuhan Yesus menawarkan cara pandang baru dalam menjalani hidup keagamaan, yakni bersikap etis. Sikap dan perbuatan yang lebih melihat hati nurani ketimbang sekedar ketaatan menjalankan hukum-hukum agama. Hal ini disampaikan oleh sebab Yesus tahu bahwa para ahli Taurat lebih menekankan ukuran kesalehan atau ketataan seseorang ketika hidupnya menjalani aturan-aturan Taurat yang diyakini sebagai jalan keselamatan.

Itu sebabnya, Tuhan Yesus mendorong tumbuhnya sikap etis: lepas bebas, tetapi bertanggung jawab kepada Allah. Di dalam ajaranNya Tuhan Yesus tidak mengekang manusia dengan berbagai larangan, sebaliknya hidup beragama yang bertanggungjawab semakin membuat seseorang menjadi bahagia dan sukacita.

Jadi dengan sadar Tuhan Yesus pada bagian awal pasal 5, Khotbah di bukit mengawalinya dengan kata “berbahagialah..” Hal ini dalam rangka mendorong pengikutNya menyadari dan mensyukuri potensi baik dalam dirinya yang sudah mereka punya, dan menghadirkan kebaikan itu di sekitarnya. Karena itu pula Injil disebut sebagai kabar baik.(Tim Admin)

*Disarikan dari kotbah Pendeta Nani Minarni pada ibadah Minggu, 9 Februari 2020, di GKJ Brayat Kinasih.