GKJbrayatkinasih, Miliran- Tim Ibadah Ekspresif bekerja sama dengan Komisi Musik dan Liturgi mengadakan pelatihan dan pengenalan alat-alat sound system dan cara merawatnya di gedung utama GKJ Brayat Kinasih, Minggu 1 Oktober 2017.
Pelatihan ini diadakan agar para pemain band serta peserta yang mengikuti pelatihan bisa mengetahui bagaimana cara memperlakukan ala-alat ‘sound system’ dengan benar, sehingga bisa mengurangi kemungkinan rusak. Pelatihan tersebut diikuti oleh para pemain band dari Tim Ibadah Ekspresif GKJ Brayat Kinasih, beberapa di antaranya adalah Tim Pemuda, Tim Remaja, Tim Wanita, Tim Bapak-Bapak, Tim Kolaborasi 1-3, dan Tim BBQ 1-2.
Dibuka dengan pengantar singkat oleh Bu Endri selaku koordinator tim ibadah ekspresif, dilanjutkan dengan doa pembukaan oleh Pdt. Sundoyo kemudian pelatihan yang dibawakan oleh ‘Soundman’ GKJ Brayat Kinasih, Pak Pitoyo.
Dalam pelatihan tersebut, tim ekspresif sangat antusias dalam belajar, banyak sekali pertanyaan yang diajukan dari beberapa orang anggota band, mulai dari bagaimana urutan untuk menyalakan ‘sound system’ beserta urutan mematikannya, lalu pengenalan dan cara menggunakan mixer, cara merawat alat musik dan mikrofon.
Beberapa poin penting dalam pelatihan tersebut adalah: Cara menyalakan sound system yaitu, pertama, sambungkan terlebih dahulu kabel-kabel dari alat musik ke speaker, lalu nyalakan mixer di belakang, setelah itu baru nyalakan speaker di depan. Urutan ini diperlukan demi menjaga keawetan alat-alat sound system. Sedangkan cara mematikan sound system adalah kebalikan dari cara menyalakannya.
Jika ingin melakukan tes mikrofon jangan dipukul, karena akan merusak alat tersebut. Cara yang lebih baik adalah langsung mencobanya dengan mengucapkan kata ‘tes’ atau ‘ck ck ck’
Jangan memasang atau mencabut kabel dari alat musik ketika ‘sound system’ masih menyala, karena bisa merusak sensitivitas ‘sound system’nya.
Pak Pitoyo juga sudah menyiapkan terminal mikrofon di bagian bawah mimbar agar kabel-kabel mikrofon tidak “kleweran” sehingga tidak mengganggu singer, WL atau pengkotbah saat bergerak. Ada beberapa pekerjaan lagi yang belum sempat Pak Pitoyo kerjakan dikarenakan keterbatasan waktu beliau.
Dengan diadakannya pelatihan ini, maka para pemain band menjadi lebih mengetahui bagaimana mengoperasikan ‘sound system’ meskipun masih dalam taraf pengetahuan dasar. Namun paling tidak mereka sudah bisa mengetahui tombol mana yang harus diatur jika ada ketidakharmonisan dalam suara alat musik, sehingga bisa mengoperasikan meskipun tidak ada Soundman yang standby. (Bagus Panglipur)