Home » Warta Kegiatan » Remaja Diajak untuk Menghargai Keberagaman

Remaja Diajak untuk Menghargai Keberagaman

(Persekutuan Remaja Wil IV di Rumah Bp. Patikawa)

GKJbrayatkinasih, Wirosaban- Remaja Brayat Kinasih diajak untuk menghormati keberagaman masyarakat Indonesia, yang berbeda suku, agama, dan budaya. Saling menghormati, bekerja sama, tidak membeda-bedakan serta menghargai keberagaman adalah wujud umat Kristen dalam melakukan kehendak Tuhan.

Ajakan itu disampaikan Mbak Desy, Kakak Pembimbing Remaja dalam acara persekutuan remaja wilayah IV, di kediaman Bapak Patikawa, di kawasan Wirosaban, Sabtu (19/8/2017) petang.

Sebagai umat Kristen kata Mbak Desy, kita percaya bahwa keselamatan hanya dari Tuhan Yesus Kristus, namun tidak lantas kita menghakimi orang dengan keyakinan yang berbeda dengan kita.

Mbak Desy kemudian memberikan Ilustrasi tentang Yesus yang diajak menonton sepakbola untuk pertama kalinya, antara kesebelasan Kristen melawan Protestan. Ketika kesebelasan katolik mencetak gol, Yesus bersorak, tapi saat tim Protestan memasukkan bola, Yesus pun bersorak.

Orang yang duduk di belakangNya menjadi bingung. Ia menepuk pundak Yesus dan bertanya: “Sebenarnya Anda memihak siapa?” Yesus menjawab: “Saya tidak memihak siapa-siapa. Saya hanya menikmati pertandingan ini saja..”. Lalu orang yg di belakang Yesus itu mencemooh Yesus dengan berkata: “ATEIS!”

(Mbak Desy -kaos putih, mengajak remaja untuk menghormati keberagaman)

Seperti ilustrasi tadi, kata Mbak Desy, Indonesia diberkati Tuhan dengan keberagaman suku, adat istiadat, etnis, budaya dan agama. “Keberagaman itu akan sangat indah jika hidup dalam keharmonisan,” kata Mbak Desy.

Tapi faktanya menurut dia, belakangan ini banyak sekali terjadi perilaku yang menunjukkan ketidaksukaan pada keberagaman. “Orang-orang dengan mudah memusuhi etnis yang berbeda, atau memberi label kepada orang yang berbeda dengan sebutan ATEIS atau KAFIR, hanya karena mempunyai pemahaman atau kepercayaan berbeda,” imbuhnya.

Mbak Desy menyitir kitab Yesaya 56:1 dan 6-8, yang membuka kemungkinan bahwa keselamatan Allah itu bersifat universal. Semua orang dalam segala bangsa dalam keberagamannya dapat menerima Rahmat Allah tersebut.

“Karena itu, kita sebagai umat Kristen harus berupaya mewujudkan damai sejahtera yg menjadi keselamatan Allah dalam kehidupan kita,” pungkasnya.

(Ibu Patikawa menyiapkan hidangan ‘Papeda’ untuk para tamunya)

Persekutuan ini sendiri berlangsung semarak, dengan kehadiran para orang tua yang mengantar dan menunggu putra-putri mereka. Apalagi sang tuan rumah begitu semangat menjamu tamu mereka dengan keramahan dan kelezatan hidangan khas tanah Papua, yakni ‘Papeda’.Hidangan dari budaya berbeda itupun seolah melengkapi pembelajaran tentang keberagaman. (tim admin)