Siang itu terasa terik sekali, terasa lebih panas dari hari biasanya. Apakah ini karena saya haus dan lelah setelah perjalanan panjang dari Jogja, apalagi sepanjang perjalanan dari Jogjakarta ke Semarang harus berdiri. Ah….. inilah ritual setiap dua bulan sekali, pasti pulang untuk memastikan bahwa lumbung tetap terisi untuk bertahan hidup di negeri orang.
Dari Semarang, saya naik bus jurusan Jepara, saya turun di Welahan kemudian jalan kaki ke Desa Dorang, desa kecil di ujung selatan Kabupaten Jepara. Kaki yang masih terasa kencang harus diberi tugas lagi untuk membawa tubuh ini sampai di rumah.
Di bawah guyuran sinar terang matahari yang dibarengi dengan hawa panas yang membakar kulit coklat saya, pandangan saya dicuri oleh satu bentuk tumbuhan yang mengejutkan. Begitu mengejutkan karena pohon itu sama sekali tidak ada daunnya, kering, gersang dan gundul.
Bagi yang pertama kali melihat kemungkinan besar tidak terkejut karena saat itu memang musim kemarau, tapi bagi saya yang dua bulan sebelumnya melewati jalan itu terasa terkejut karena kondisi begitu kontras dengan kondisi sebelumnya.
Pohon besar itu sebelumnya begitu hijau dengan daunya yang lebat. Sangat gagah dilihat dan terasa hidup karena wibawa yang dipancarkan. Pohon besar itu juga menjadi pohon yang dituju oleh para petani untuk berteduh dari panasnya matahari maupun juga hujan yang mengguyur bumi.
Begitu indah untuk dilihat dan sangat berguna karena melindungi banyak orang. Tapi semua kesan itu hilang bersama dengan daun-daun yang gugur tertiup angin timur.
Saya terus mengamati pohon itu, mencari tahu kenapa bisa begitu. Sebuah pertanyaan yang mudah dijawab, hal itu terjadi karena musim kemarau yang terlalu panas. Pertanyaan yang lain muncul, apa yang bisa saya pelajari dari peristiwa alam ini. Setelah saya renungkan, inilah yang saya dapat sebagai pelajaran hidup:
1. Menggugurkan daun untuk bertahan hidup.
Setiap pohon akan bereaksi dengan lingkungannya untuk bisa bertahan hidup. Saat musim penghujan dengan kesediaan air yang cukup membuat pohon bisa mengembangkan batang, ranting dan daunya. Menumbuhkan tunas baru yang membuat pohon terlihat hijau, segar dan indah.
Namun saat musim kemarau menerjang dengan panas tinggi yang mencekam serta ketersediaan air yang menipis bahkan sulit membuat pohon harus merubah rencana. Ia tidak menumbuhkan tunas baru tapi menggugurkan daunya. Satu persatu gugur sampai gundul, satu persatu ranggas sampai meranggas. Dalam keadaan yang seperti ini sangat tidak indah untuk dilihat dan tidak bisa digunakan untuk berteduh. Tapi cara inilah yang harus ditempuh untuk bisa bertahan hidup.
Inilah cara hidup yang harus kita tiru. Saat kita punya banyak berkat dan bahkan berkelimpahan kita akan bisa mencukupi kebutuhan bahwa bisa manjadi tempat berteduh bagi banyak orang yang membutuhkan perlindungan kita. Kita akan dilihat orang lain sebagai sosok yang gagah, indah dan berwibawa.
Namun kita harus sadar bahwa kondisi tersebut tidak selalu terjadi, ada kalanya kita mengalami masa-masa yang sulit. Kondisi ekonomi yang terpuruk, kesulitan keuangan yang menjerat leher. Pada saat yang seperti ini kita harus meniru laku pohon itu. Kita harus berani menggugurkan semua keinginan kita, semua pengeluaran-pengeluaran yang bisa dipangkas. Kondisi yang seperti ini akan membuat kita tidak elok untuk dilihat, tidak berguna bagi orang lain, tidak bisa menjadi tempat untuk berteduh, namun inilah cara kita untuk tetap bertahan di masa yang sulit.
Bukankan kita sekarang ini sedang mengalami masa yang seperti ini, tingkat pengangguran tinggi, tingkat PHK semakin meningkat, pertumbuhan ekonomi yang tidak beranjak. Ini semua adalah musim kering, musim kemarau yang kita harap tidak panjang. Respon yang tepat supaya kita bisa bertahan hidup adalah dengan cara hidup berhemat. Kita harus mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang kalau tidak ada akan menganggu kehidupan kita -urusannya hidup dan mati-. Kita harus berani memangkas semua keinginan-keinginan kita, akan terlihat tidak elok tapi menjadi cara untuk bertahan hidup.
2. Akarnya semakin menghujam.
Perilaku pohon sungguh luar biasa. Saat terjadi musim kemarau, pohon akan memerintahkan kepada akar untuk mencari air. Setelah mendapatkan madat itu maka akar akan segera menjalankan tugasnya dengan baik. Ia akan semakin ke kanan, ke kiri dan semakin ke dalam, mencari, mencari dan terus mencari air untuk mempertahankan hidup. Semakin dalam akar mencari sumber air maka semakin besar kemungkinan ia mendapatkannya. Disamping mendapatkan air, akar yang menjulur lebih dalam ini akan membuat pohon menjadi semakin kuat dan kokoh.
Ini juga prilaku yang perlu kita teladani. Saat kita mengalami masalah, kita harus semakin dalam. Semakin dalam untuk mencari sumber air kehidupan. Mencari kebenaran firman Tuhan untuk kekuatan hidup kita. Masalah harusnya membuat kita semakin saleh dan beriman, semakin bijaksana serta mengerti kehendak Tuhan. Inilah yang akan membuat iman dan kehidupan kita semakin kuat dan kokoh.
Disamping hal itu, kesulitan yang kita alami membuat kita menjadi semakin serius memikirkan kehidupan dan jalan keluar dari permasalahan itu. Proses mencari jalan keluar ini akan membuat kita menjadi semakin cerdas dan kreatif. Bukankan semua orang yang sukses adalah orang-orang yang berhasil keluar dari kesulitan yang dihadapi. Dengan ini kita akan mengatakan selamat datang kesulitan karena memberi kita kesempatan untuk semakin dewasa, kreatif dan cerdas.
Inilah pelajaran yang saya renungkan ketika melihat pohon yang meranggas. Tersadar sayau dari lamunan panjang ini, kaki saya sudah menyentuh rumput halaman di depan rumah. Sungguh menyenangkan bisa sampai di rumah dalam keadaan selamat dan punya kesempatan merenungkan kehidupan pemberi pelajaran yang mendalam. Semoga ini saya pegang sepanjang perjalanan pulang ke akhir kehidupan. Tuhan memberkati.
Oleh Pdt. Sundoyo
GKJ Brayat Kinasih