‘Balonku ada lima… rupa-rupa warnanya. Merah, kuning, kelabu, merah muda dan biru…. Meletus balon hijau …. Dorrr ! Hatiku sangat kacau…’ inilah penggalan syair lagu ‘balonku ada lima’. Ini adalah lagu yang pertama saya pelajari saat ada di bangku kelas 1 SD. Tidak ada TK di desa saya, semua anak langsung masuk SD.
Kami belajar untuk bernyanyi, menulis, menggambar dan bermain. Semuanya sangat menyenangkan, sangat biasa bagi kami berada di dalam kelas dengan baju basah kuyup oleh keringat setelah kejar-kejaran dengan teman. Tidak jarang juga sambil merintih karena darah merembes melalui luka-luka kecil di lutut, kadang kami harus mencium tanah karena kerikil mejerat kaki kami. Dengan debu yang sering mengepul saat teman menghentak-hentakan kakinya di lantai sekolah, maklum kami tidak pernah memakai sepatu dan memang tidak punya sepatu. Tapi sungguh menyenangkan dan penuh dengan kegembiraan.
Kami juga menyanyikan dengan penuh gembira lagu ‘balonku ada lima’. Dengan nada yang bagi telinga kami sangat pas dan gema suara kami yang menggelegar menembus genteng sekolah membuat roh kami terbang dalam kebahagiaan. Kami juga dengan serentak akan mengeraskan volume suara serta menambahkan ekspersi yang meluap saat kami mengucapkan kata ‘dorrr’. Ekspresi senang itulah yang ditunjukan oleh guru dan menjadi cara kami menyanyi lagu ini.
Setelah bertahun-tahun sampai dewasa sekarang ini, lagu ‘balonku ada lima’ memiliki nuansa ceria dan bahagia. Namun sekarang coba kita amati lebih dalam lagi. Punya balon memang hal yang membahagiakan, apalagi banyak warnanya. Tapi kalau meletus, dorr !! Apakah ini sebuah peristiwa yang membahagiakan atau sebenarnya peristiwa yang menyayat hati.
Meletusnya balon merupakan peristiwa yang menyedihkan. Sebagai peristiwa yang pantas dirayakan dengan kesedihan mendalam, kemarahan yang membakar dan kehilangan yang memilukan. Balon yang dipegang sekarang berkurang. Kalau meletus lagi dan terdengar dorr yang lebih keras, bagaimana dengan hati kita. Bukankan ini sebuah keterhilangan yang lebih mendalam lagi.
Kalau nuansa lagunya seperti itu, kenapa kita menyanyikannya dengan penuh semangat dan bahagia. Jangan-jangan guru SD saya yang mengajarkan hal yang salah saat mengajari kami lagu tersebut. Mari kita lebih lanjut ke syair yang berikutnya. Alangkah luar biasa, syair yang mengikutinya menyatakan dengan penuh semangat. ‘balonku tinggal ….. ku pegang erat-erat’.
Inilah semangat yang perlu dirayakan dalam kehidupan ini. Kegembiraan yang tetap terjaga dalam semua keadaan. Hal ini bisa terjadi apabila hati dan pikiran kita terfokus buka pada balon yang meletus melainkan pada balon yang masih kita pegang. Kita memegangnya dengan rasa syukur serta berupaya memegangnya dengan erat.
Lagu ini memberikan inspirasi yang mendalam dalam menolong kita menghadapi kenyataan kehidupan. Semua hal yang kita miliki seperti kita memiliki banyak balon. Semua balon bersifat sementara saja dalam kehidupan ini. Suatu saat balon yang kita cinta meletus, pecah dan hilang. Hati kita sangat hancur, semakin hancur karena kita merasa bahwa balon yang pecah itu memiliki warna yang paling kita sayangi.
Sangat pantas bagi kita untuk bersedih dan terus meratapi kehidupan yang malang ini. Harusnya dunia berhenti bersama dengan kesedihan kita, namun apa yang terjadi. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, dunia akan terus berjalan. Yang kita masuki adalah rentang waktu yang kedepan tanpa bisa kita kembali ke penggalan waktu yang sudah berlalu. Maka kita perlu melanjutkan nyanyian kita, ‘balonku tinggal empat… kupegang erat-erat’.
Hal yang harus kita lakukan bukanlah berfokus pada apa yang sudah hilang, melainkan berfokus pada apa yang masih kita miliki dalam kehidupan. Seseorang pernah berkata : “Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu cintai maka cintailah apa yang kamu miliki”. Kita menggengam apa yang masih ada di tangan kita dan kemudian kita menggenggamnya dengan erat-erat. Berusaha menjaga semua yang masih kita pegang dengan sungguh-sungguh.
Kita bisa mengisi kata balon dengan banyak hal dalam kehidupan kita. Balon bisa berarti anggota keluarga, pekerjaan, keuangan, studi, kesenangan kita. Semua yang kita miliki bisa disuatu saat hilang dari genggaman kita. Saat seperti itu kita perlu berajak dari berfokus pada keterhilangan menjadi berfokus pada hal-hal yang masih kita miliki.
Sabda Tuhan dalam 1 Tesalonika 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Hanya dengan berfokus pada apa yang masih kita miliki sajalah yang akan memungkinkan kita tetap bisa bersyukur dalam semua keadaan. Setiap sikap hati yang penuh syukur akan memampukan kita menghadapi kemungkinan masa depan dengan harapan yang lebih baik.
Oleh: Pdt. Sundoyo
GKJ Brayat Kinasih
Maturnuwun pak Sund, renungan yg sangat bagus dan memotivasi kita semua untuk selalu mengucap syukur atas apa yg kita miliki saat ini spt syair lagunya kelompok band D’Masive….syukuri apa yg ada, hidup adalah anugrah, kita jalani hidup ini, berbuatlah yg terbaik….Gusti mberkahi
Terima kasih artikelnya…
Terima kasih
Trimksh artikelnya pak Sun.menginspirasi dan mengingatkan saya bgaimna cara mensyukuri hidup.Gbu