GKJbrayatkinasih, Miliran- Meski lahir dan berakar pada budaya Jawa, Gereja Kristen Jawa (GKJ) justru merasa miskin dalam melestarikan budaya Jawa, terutama pada liturgi ibadahnya. Untuk itulah digelar Parade Gending Rohani, pada 15 September 2017 mendatang.
“Para Gending Rohani bukanlah sebuah pentas, melainkan sebuah kegiatan yang diharapakan akan menghasilkan output bahwa setiap gereja akan melakukan gubahan sendiri untuk memperkaya,” ujar Ketua Panitia Parade Gending Rohani, Bp Terry Trihantoro, Kamis (8/6/2017).
Ia menjelaskan. lagu-lagu gerejawi perlu digubah ke laras pelog untuk menyesuaikan dengan irama gending. Nantinya, parade gending liturgi ini diharapkan bisa digunakan untuk mengiringi liturgi ibadah. Menurutnya, Gending Rohani lebih ke arah kreasi atau ekspresif.
“Kenapa Klasis Yogyakarta Selatan perlu melakukan hal ini? GKJ merasa miskin dalam melestarikan budaya Jawa,” tutur Ketua Panitia Parade Gending Rohani, Bp Terry Trihantoro.
Upaya melestarikan budaya Jawa dalam liturgi ibadah itu sudah dimulai dengan menggelar loka karya di Universitas Kristen Duta Wacana (UKWD), dengan harapan GKJ mampu menampilkan karawitan.
Parade Gending Rohani diharapkan menjadi wahana sosialisasi dengan “umat” yang lain, agar setiap Gereja memiliki referensi gending rohani atau liturgi. Namun tentunya gending-gending rohani yang ada akan diseleksi terlebih dahulu sebelumnya diterbitkan menjadi sebuah buku.
Pelaksanaan acara Parade Gending Rohani ini didasarkan pada Akta Sidang Klasis YKS XXXII bergantian dengan Parade Penembromo. Acara ini melibatkan seluruh Gereja Klasis Yogyakarta Selatan dengan Penanggung jawab Kokomas Klasis.
Untuk perhelatan Parade Gending Rohani Gereja-Gereja Klasis Yogyakarta Selatan yang ke-5, GKJ Brayat Kinasih akan menjadi penyelenggara pada 15 September 2017. (tim kontributor)
Terima kasih Pak Soni atas liputannya