Home » Warta Kegiatan » Warga Jemaat dan Mahasiswa, Fokus Sasaran Aksi Peduli Dampak Pandemi

Warga Jemaat dan Mahasiswa, Fokus Sasaran Aksi Peduli Dampak Pandemi

GKJBrayatKinasih, Miliran – Majelis Gereja GKJ Brayat Kinasih akan memfokuskan sasaran Aksi Peduli Dampak Pandemi Covid-19 kepada warga jemaat, baik jemaat dewasa maupun simpatisan dan mahasiswa tamu atau simpatisan terutama dari daerah asal luar pulau Jawa yang harus bertahan di Yogya.

"Keputusan ini sesuai dengan Keputusan Sidang Pleno Majelis atas arahan Bp. Pdt. Sundoyo, mengingat masyarakat sekitar gereja telah didukung oleh bantuan pemerintah setempat melalui sistem jaring pengaman sosial," kata Pak Terry Trihantara, Ketua Bidang III Majelis Gereja yang menangani masalah pembinaan warga gereja.

Lebih jauh Pak Terry menjelaskan bahwa dalam Sidang Pleno Majelis juga telah disepakati agar Gugus Tugas COVID-19 Aksi Peduli melibatkan Komisi Pengembangan Ekonomi Jemaat (PEJ) untuk pengadaan bahan sembako untuk bantuan. Demikian juga melibatkan Jemaat yang berprofesi sebagai driver ojek online dalam distribusi ke pos-pos Wilayah. Kebijakan ini sekaligus menjadi sebuah usaha untuk menggerakkan perputaran ekonomi dalam Jemaat.

"Untuk itu, Atas nama Majelis BK, Gugus Tugas menyampaikan terima kasih kepada seluruh Jemaat atau simpatisan yang terus setia mengambil bagian persembahan untuk mendukung aksi peduli ini, baik berupa dana maupun barang," ujar Pak Terry, seraya menambahkan bahwa Gugus Tugas Aksi Peduli juga terus melakukan perbaikan dan evaluasi dalam hal pengelolaan dan bentuk penyaluran bantuan mengikuti perkembangan kondisi saat ini.

Sementara Pendeta Sundoyo menyampaikan bahwa pandemi ini sudah berdampak besar pada semua sisi kehidupan termasuk kebutuhan hidup. "Ini harus kesadaran bersama bahwa masa pandemi ini tidak tahu kapan akan berakhir dan dampak pemulihan ekonomi membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang, dan pemulihan ini baru bisa dilakukan paska pandemi selesai," katanya.

Oleh karena itu, gereja merasa terpanggil untuk peduli pada kondisi tersebut dengan kesadaran bahwa pertama, masa pandemi adalah masa yang panjang dan pemulihan ekonomi jauh lebih panjang secara waktu. "Sehingga gerak pelayanan Aksi Peduli harus mengunakan strategi ‘ulur waktu’ (lari marathon)," imbuhnya.

Kedua, dalam waktu yag panjang dengan kemampuan yang terbatas maka arah pemberian bantuan harus fokus. Fokus yang utama adalah mereka yang paling rentan (tidak berdaya) dan yang paling sedikit kemungkinan ter'cover' oleh program pemerintah. "Jadi gerakan pertama adalah untuk warga masyarakat dan jemaat sebagai tanda kepedulian gereja. Arah ke depan adalah warga gereja dan para mahasiswa yang masih bertahan di Yogyakarta," kata Pak Pendeta.

Ketiga, model pembantuannya adalah pemberdayaan. Proses pengadaan barang sampai distribusi menggunakan teman-teman gereja supaya ekonomi mereka juga bergerak. (Tim Admin)