GKJBrayatKinasih, Miliran – Manusia terbiasa meletakkan atau mengandalkan hidup dan rasa amannya pada hal-hal yang kelihatan, seperti uang dan harta bendanya. Mari kita belajar dari pergumulan iman Bapa Abraham, yang akan mengubah sudut pandang itu.
Kisah tentang Abaraham yang akan kita pelajari ada pada Kitab Kejadian 12 : 1-4a. Menurut para teolog, Kitab kejadian pada bagian awal ada pada pasal 1 – 11. Pasal- pasal tersebut adalah bagian pertama, sedangkan bagian kedua ada pasal 12 dan seterusnya. Jadi ketika kita membaca pasal 12 itu adalah bagian yang baru, lembar yang baru.
Pada pasal 7, 8, 9,10, dan 11 diceritakan tentang bahtera Nuh. Allah yang murka dan membinasakan seluruh umat manusia dan hanya menyisakan 1 keluarga yakni keluarga Nabi Nuh. Berikutnya cerita tentang berkumpulnya seluruh bangsa dan mereka ini membangun menara Babel yang tingginya sampai ke langit, kemudian Tuhan menceraiberaikan mereka karena mereka tidak sesuai dengan kehendak Allah, selesailah pasal 11.
Pasal 12 menceritakan tentang Abraham dan anak istrinya yang diperintahkan Tuhan pergi meninggalkan negerinya, sanak keluarganya, dan saudaranya ke tempat yang nanti akan ditunjukkan oleh Tuhan.
Belajar dari kisah Abraham berkaitan dengan pemeliharaan Allah, kita harus mengimani bahwa selalu ada lembaran baru yang disediakan Tuhan. Kalau ada suami istri yang sedang ribut, percayalah ada lembaran baru yang disiapkan Tuhan, kalau ada orang tua yang lagi sakit hati dengan menantunya percayalah ada lembaran baru yang disiapkan Tuhan.
Kalau kita sedang menghadapi masalah, percayalah bahwa Tuhan sedang mempersiapkan lembaran baru, fase baru, buku baru buat kita. Jadi kalau hidup kita sedang mengalami kegoncangan maka kita baru sampai pada pasal 8 kitab Kejadian, kalau kita sedang terceraiberaikan itu berarti kita baru masuk di pasal 11, sebentar lagi pasal 12.
Abraham meninggalkan negeri, keluarga dan sanak saudaranya ke negeri yang akan ditunjukkan Allah, jadi Abraham belum tahu negeri mana dan negeri seperti apa yang akan dituju. Tetapi ia berjalan dengan iman. Ia juga dijanjikan akan diberkati, akan jadi besar, semuanya belum terjadi tetapi baru berproses.
Kenapa nama Abraham begitu dikenang, karena ia mengambil sikap yang luar biasa. Melakukan tindakan yang tepat dan baik di masa hidupnya. Dalam sejarah Gereja Kristen Jawa (GKJ) dikenal seorang tokoh bernama Kiai Ibrahim Tunggul Wulung. Ia lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah kemudian pergi ke kota Kediri, Jawa Timur, mengikut Tuhan dan mendapat nama baptis Ibrahim. Ia juga mengembara sampai ke Batavia dan Jawa bagian Selatan. Kiai Ibrahim kemudian mempunyai murid bernama Kiai Sadrah. Inilah kiai yang kemudian menjadi sumber nenek moyangnya orang GKJ. Ada seribu lebih orang mengikut Tuhan dan menjadi Kristen karena kesaksian dan pelayanan kedua tokoh ini.
Nama kedua kiai itu begitu dikenang karena ia mengambil tindakan yang tepat dan baik di masa hidupnya. Abraham jiga dikenang karena tindakannya yan tepat di masa hidupnya. Pertanyaannya adalah, apa yang akan dikenang jika saatnya nanti hidup kita akan selesai.
Saya sebelumnya pernah mengusulkan, jika memungkinkan, kita datang ke makam orang tua kita untuk mengenang kebaikannya, mengenang apa yang pernah diajarkan kepada kita, dan juga sambil mengoreksi diri kita sendiri, apakah perilaku yang kita kerjakan hari ini membuat mereka bahagia atau tidak. Dalam kaitan ini, Paskah juga memiliki makna penting untuk mensyukuri hidup.
Ada seorang penulis yang mengamati pergumulan iman Abraham soal rasa aman dalam hidup. Ketika dia tinggal di negerinya bersama sanak saudaranya maka ia mempunyai rasa aman di sana. Lalu ketika ia diperintahkan Tuhan untuk keluar dari negeri dan lingkungan sanak saudaranya ke tempat tujuan yang tidak pasti, maka Abraham mengalami ketidakpastian dan persoalan rasa aman. Penulis itu mengatakan hal terberat dalam pergumulan imam Abraham adalah mengubah rasa aman yang semula ditempatkan pada lingkungan keluarga, digeser menjadi rasa aman yang diletakkan kepada Tuhan. Apa yang bisa kita rasakan?, kalau kita meletakkan rasa aman pada uang, lalu kita geser letak rasa aman itu pada Tuhan, itulah yang terberat sebenarnya.
Abraham berpindah rasa aman pada hal-hal yang kelihatan menjadi rasa aman yang diletakkan kepada Tuhan, itu proses yang juga harus kita jalani. Tuhan memberkati.
Oleh : Pdt. Sundoyo, Ssi. M.B.A
Disampaikan pada kotbah ibadah Minggu, 8 Maret 2020, pk. 16:00 wib, di GKJ Brayat Kinasih.