GKJBrayatKinasih – Rabu Abu adalah hari pertama masa prapaskah. Penorehan abu menjadi tanda bahwa kita siap menyongsong Paskah. Di masa prapaskah kita diundang untuk tekun dalam doa, pantang, puasa, dan menghayati karya Yesus.
Setelah Yesus menyampaikan survei tentang siapakah diri-Nya, Yesus mengajarkan arti kemesiasan yang sesungguhnya dengan mengatakan bahwa Anak Manusia harus menderita, ditolak, dan dibunuh, sebelum akhirnya bangkit pada hari ketiga (Markus 8:31). Inilah proklamasi pertama Yesus mengenai tugas kemesiasan-Nya.
Petrus, yang baru saja menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, “menarik Yesus ke samping dan menegor Dia” (Markus 8:32b). Tampak jelaslah bahwa ternyata ada yang salah dengan ucapan Petrus tadi. Terbukti ketika Yesus mengutarakan makna kemesiasan-Nya, Petrus menyatakan ketidaksetujuannya.
Jika kita membandingkan dengan konsep mesianisme Yahudi, yang beredar pada masa itu, menjadi jelas bahwa pengakuan Petrus diwarnai dengan konsep tersebut, yaitu bahwa Mesias yang dinantikan adalah pemimpin besar bangsa yang akan membebaskan orang Yahudi dari penjajah Romawi. Rupanya Petrus memimpikan Yesus seperti itu karena ia melihat kehebatan Yesus melalui mukjizat-Nya.
Yesus menegur Petrus. Ucapan Petrus menunjukkan apa yang dipikirkan dan diharapkan manusia dan bukan Allah (Markus 8:33). Setelah perdebatan itu, Yesus kemudian memperluas daya jangkau pengajaran-Nya mengenai Mesias, bukan lagi kepada para murid saja (Markus 8:31), namun kemudian juga kepada orang banyak (Markus 8:34). Mereka yang mau mengikut Dia harus menanggung konsekuensinya, yaitu kehilangan nyawa karena Injil Kristus (Markus 8:35).
Pada Rabu Abu kita diundang untuk menghayati jalan Sang Mesias. Itu artinya, hidup kita berpusat pada Dia, mengikut jejak-Nya. Melalui doa-doa, puasa, dan pantang, kita belajar mengikut jejak Yesus. [Sumber : sabda.org]