Home » Artikel » Dua Windu dalam AnugerahNya

Dua Windu dalam AnugerahNya

GKJBrayatKinasih, Miliran- “Selamat atas enambelas tahun pelayanannya, ya Pak”
Saya menjabat erat tangannya, cukup lama.
“Terimakasih, Mbak, terimakasih”
Saya menepuk pundaknya, beliau juga sebaliknya. Ada banyak yang tak dapat saya ungkapkan, mungkin juga beliau, dalam moment pagi itu.

Dua windu terlewat, hari ini saya menghitung kembali kasih setia Tuhan pada gereja lokal kami, Brayat Kinasih, melalui kehadiran hambaNya, Pendeta Sundoyo.
Eben-haezer, sejauh ini Tuhan sudah menolongnya. Dari seorang pemuda desa, hingga saat ini menjadi pendeta di gereja kota, dengan kapasitas dan kemampuan yang berlipat-lipat banyaknya.

Dalam perjalanan panjang, menengok lagi ke belakang, jika bukan karena pemeliharaan Tuhan, Sang Sauh yang Teguh Bagi Jiwa, apakah saya masih dapat menjumpai beliau tetap setia dalam pelayanannya dan tanggungjawabnya sebagai pendeta? Meski tak banyak, saya tahu bahwa perjalanan pelayanan sebagai pendeta jemaat tidaklah mudah. Tantangan muncul dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri.

Brayat Kinasih patut bersyukur, selama enam belas tahun, pendeta kami masihlah orang yang sama. Bukan yang sempurna, mungkin masih terdapat kekurangan pada beberapa bagian, namun tidak meninggalkan pelayanan dan yang terpenting : TUHAN. Karena sudah sering saya mendengar pendeta-pendeta yang dicopot jabatan kependetaannya bahkan meninggalkan TUHAN. Tidakkah itu dapat terjadi pada pendeta manapun, termasuk pendeta Brayat Kinasih, Bapak Sundoyo

Mungkin kadang saya lupa, kalau saya masih melihat Pendeta Sundoyo dipakai Tuhan menjadi gembala di gereja kami, itu bukan kar’na kebaikannya, bukan karena kelebihannya, bukan karena kecakapannya, juga bukan karena “kontrak jabatan” sebagai pendeta yang sudah ‘terlanjur’ disanggupinya. Selama dua windu, Pendeta Sundoyo masih menjadi pendeta GKJ Brayat Kinasih, karena anugerah, kasih setia, dan kemurahan Tuhan. Karena siapa lagi yang dapat menjamin ketaatan dan kesetiaannya dalam pelayanan, juga imannya pada Yesus Kristus sang Batu Penjuru sepanjang perjalanan itu?

Saya yakin, dalam perjalanan Pak Sun diijinkan mengalami kelelahan, kekecewaan, keputusasaan, bergumul dengan ego sendiri, hingga perasaan frustasi. Ia mengijinkan Pak Sun berada dalam beberapa musim kehidupan, mengalami kegagalan dan keberhasilan. Semua itu untuk mengingatkan pada penyertaan dan kemurahan Allah yang sempurna.

Jadi, bukan pendeta pintar atau tidak pintar; cakap atau tidak cakap; kuat atau lemah iman; setia atau tidak setia pada TUHAN. Yang ada hanyalah TUHAN yang berdaulat dan memberi anugerah dalam perjalanan iman, kesetiaan, dan pelayanan apapun musimnya dan seberapapun kemampuan untuk merasakan penyertaan-Nya.
Doa saya, semoga Allah sumber anugerah, kasih, dan kemurahan menjaga Pak Sun dalam kesetiaan melayani Tuhan, bukan sekedar melayani pekerjaan Tuhan. Semoga anugerahNya mengarahkan Pak Sun untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk dikerjakan, bukan sekedar menyelesaikan list-list pekerjaan pelayanan. Karena hanya dengan melayani Tuhanlah buah-buah roh dihasilkan, sementara melayani pekerjaan Tuhan menghasilkan kelelahan yang panjang.

Semoga Pak Sun terus memiliki kerinduan, ketika berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan kelak, dapat mendengar Ia memanggil dengan sebutan, “Hai (Sundoyo) hambaku yang baik dan setia.”
Selamat melayani Tuhan dengan gentar, Pak, semata-mata karena anugerah Tuhan. (NN)


1 Comment

  1. Terimakasih Pak Sundoyo yang sudah 16 tahun setia menggembalakan warga Brayat Kinasih..Gusti Yesus mberkahi

Comments are closed.