Akhir tahun memberi kesempatan pada kita untuk “menghitung berkat-Nya”, melihat kembali kebaikan Tuhan yang memelihara hidup kita dari Januari hingga Desember. Dalam “exercise” seperti ini, tidak jarang kondisi finansial menjadi salah satu atau bahkan satu-satunya indikator untuk mengukur campur tangan Ilahi. Terutama, ketika kita berlibur sejenak dari rutinitas pekerjaan sepanjang tahun – pernahkah timbul pertanyaan: apakah susah payah kita ada hasilnya?
Mari kita mulai dengan pemahaman soal pekerjaan. Apakah kita bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhan dan mencapai cita-cita kita? Barangkali ini merupakan satu topik yang tampak tidak relevan atau terlalu usang, tapi mari kita mengingat Amanat Agung. Kita tidak hidup untuk bekerja, kita dipanggil untuk sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu: memberitakan Kabar Baik. Amanat Agung adalah panggilan untuk setiap pribadi kita dan untuk setiap hari.
Betul bahwa tidak semua pergi menjadi “penginjil”, namun perlu ditekankan bahwa semua diutus, terlibat melalui pekerjaan/profesi kita. Sebuah artikel merujuk pada Roma 15 di mana Paulus berbicara pada sekumpulan jemaat (yang masing-masing sudah memiliki profesi tetap) tentang recananya untuk memberitakan Injil di Spanyol. Tidak, Paulus tidak mengajak semua pergi bersamanya, namun ia memanggil mereka untuk mendukung perjalanannya. Lupakah kita bahwa ada yang lebih agung daripada sekedar bekerja keras karena kebutuhan dan mimpi-mimpi kita? “Occupation” atau pekerjaan dalam bahasa Inggris, memiliki kata kerja “to occupy” yang artinya mengisi/menghabiskan. Jika demikian, apakah “occupation” kita, apakah yang mengisi hidup dan menghabiskan waktu kita? Guru, pengusaha, dokter, perawat, PNS, polisi, dan semua profesi lain, mari kita berdoa agar Tuhan memberi arti untuk pekerjaan kita serta memberi kepekaan agar kita dapat menyatakan kasih dan keselamatan dari Tuhan melalui pekerjaan kita.
Kedua, mari kita mengingat lagi bahwa berkat Tuhanlah yang menjadikan kita kaya. Mazmur 127:2 berkata “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah–sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Masih segar dalam ingatan sebagian dari kita petang ini, lagu “Burung Pipit/Bunga Bakung” yang diajarkan saat kita masih di Sekolah Minggu. Masih adakah iman sederhana seperti anak kecil itu sekarang? Atau, pikiran kita sudah terisi dengan berbagai kekhawatiran, tagihan, hitung-hitungan deposito serta teori-teori manajemen finansial yang makin populer? Jangan lupa, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Paham bahwa “berkat Tuhanlah yang menjadikan kita kaya” tidak saja memberi kelegaan dan jaminan bahwa Tuhan mencukupkan segala sesuatu, tapi juga kerendahan hati bagi kita untuk tidak mengklaim bahwa kita kaya karena kita bisa.
Poin terakhir merupakan kelanjutan dari pengakuan kita bahwa semuanya adalah milik Tuhan, dan juga meneruskan soal pemahanan kita terhadap pekerjaan. Kita sebagai orang Kristen dipanggil untuk mengkhususkan 10% dari berkat finansial bagi Tuhan. Ini bukan semata retorika “memberi persembahan”, atau teologi investasi (memberi untuk menerima), tapi mempunyai makna yang jauh lebih dalam. Mari kita ilustrasikan: kita mempunyai pendapatan Rp. 4 juta, lalu yang kita menyisihkan, karena satu dan lain hal, hanyalah Rp. 200 ribu, atau setara 10% dari Rp. 2 juta saja, bukan Rp. 4 juta. Lalu, siapa yang menurut kita memberikan Rp. 2 juta lainnya, Tuhan yang lain jugakah? Perpuluhan adalah latihan bagi kita untuk mengklaim Tuhan dalam setiap rupiah yang Tuhan beri. Kalau kita menyadari bahwa berkat kita 100% datang dari Tuhan, kembalikan 100% dari perpuluhan yang memang dari awalnya adalah milik Tuhan sendiri.
Namun demikian, kiranya ini menjadi pengingat yang menguatkan, bukan menjadi beban kita. 2 Korintus 9:7 berkata “… Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”. Adakah sukacita ketika kita mengkhususkan berkat itu bagi Allah dan pekerjaan Allah? Mari kita kembali pada poin pertama soal pekerjaan dan Amanat Agung. Gunakan ini sebagai kesempatan untuk mengambil bagian dalam berbagai misi yang sedang berjalan. Kenali berbagai pekerjaan pemberitaan Injil baik di dalam maupun di luar gereja, pilihlah dalam doa, ladang-ladang yang sejalan dengan pekerjaan kita atau kepadanya kita mempunyai minat khusus – lalu dukunglah, secara langsung, tidak langsung, finansial dan spiritual.
Selamat menyambut tahun 2019, Ebenhaezer – sudah sejauh ini Tuhan menolong kita!
Salemba, 29 Desember 2018