GKJBrayatKinaaih, Lombok- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), dalam kemitraan dengan Jaringan Komunitas Kristen untuk Masyarakat Tangguh Bencana di Indonesia (Jakomkris TBI) dan Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi), mendistribusikan bantuan berupa 1000 perangkat penginapan darurat bagi para korban gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bantuan tersebut merupakan sumbangan dari Yayasan Plan Internasional Indonesia, sebuah yayasan yang memberi perhatian pada perbaikan taraf hidup anak dan perempuan. Selain itu, kebutuhan lain juga turut didistribusikan, seperti genset untuk kebutuhan listrik darurat, layanan kesehatan dan makanan tambahan bagi 1000 orang, serta layanan sanitasi dan psikologi.
Gempa bumi terjadi di Lombok pada 29 Juli 2018, pukul 06.47 WITA, dengan kekuatan 6.4 Skala Richter (SR). Gempa dengan kekuatan terbesar terjadi pada 5 Agustus, pukul 18.46, dengan kekuatan 7.0 SR . Setelah itu, tejadi serangkaian gempa susulan yang dalam pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berlangsung sebanyak 593 kali; pusat gempa susulan pada 19 km arah barat laut Lombok Utara.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa Lombok dirasakan di Mataram (NTB), Bima (NTB), Denpasar dan Kuta (Bali), Karangasem (Bali), Waingapu (NTT), Benteng (NTB), Situbondo dan Malang (Jatim). Selain itu, gempa tersebut juga menewaskan ratusan 436 orang dan melukai 1.353 orang.
Dalam koordinasi dengan PGI, Pelkesi menempatkan tenaga dokter dan perawat yang telah melakukan pelayanan kesehatan kepada 386 pasien (188 wanita, 198 pria; 65 di antaranya adalah anak balita dan 68 anak) di 12 tempat penampungan sementara. Sebagian besar pasien mengalami gastritis (peradangan, iritasi lambung), artralgia (nyeri sendi), cephalgia (sakit kepala), tinea corporis (infeksi jamur) dan infeksi Saluran Pernafasan Atas.
PGI dan jaringan kemanusiaan juga menyediakan bantuan dalam hal pendataan, khususnya terkait populasi yang terkena dampak, pemilahan data berdasarkan usia, kesenjangan kebutuhan yang ada di desa dan tempat penampungan, pemenuhan kebutuhan dan aksesibilitas untuk kelompok rentan (anak-anak, wanita hamil dan tua).
Sebelumnya, beberapa hari setelah gempa 29 Juli 2018, PGI melakukan respons bencana di Lombok Utara melalui kunjungan Ketum PGI (Pdt. Henriette Tabita Lebang), bidang advokasi PGI dan mitra PGI di Lombok. Pada kesempatan tersebut, Ketum PGI mengunjungi sejumlah lokasi yang terkena gempa dan menyalurkan bantuan dari gereja-gereja kepada para korban gempa di Lombok. (Sumber:pgi.or.id)