Home » Artikel » Kasih yang Sejati

Kasih yang Sejati

Pendahuluan.

Pada kesempatan ini, penulis akan membahas topik tentang Kasih Yang Sejati dengan menggunakan pintu masuk dari syair lagu dari Jonathan Prawira. Lirik lagu tersebut berbunyi :

KASIH SEJATI (by: Jonathan Prawira)

Kau t’lah memberi

Terlebih dari yang kusadari

Karena ku melihat apa di depan mata

Namun Engkau sanggup

Melihat jauh ke dalam hati

Kau mengajarku

Satu yang dulu tak kupahami

Bahwa yang terbaik di dalam dunia ini

Telah sejak lama kumiliki

Reff: Kasih yang sejati lahir dari relung hati

Yang tiada ingin memiliki

Namun selalu membagi

Kasih yang sejati tumbuh dari dasar jiwa

Yang tiada selalu meminta

Namun selalu percaya

Penulis akan menggunakan sudut pandang sejarah keselamatan untuk melihat bagian per bagian dari lirik lagu diatas. Diharapkan kita dapat belajar tentang topik kasih sejati dari proses berpikir yang dilakukan.

Pembahasan.

Kasih memberi melebihi yang kusadari.

Penulis menghayati frase kalimat ini dengan menggingat kembali peristiwa Adam dan Hawa di taman Eden. Mereka bukanlah orang yang kekurangan makan. Semua buah dari pohon di taman boleh dimakan, kecuali satu dari pohon terlarang. Ada 99,99 % boleh dimakan dan hanya 0,01 % yang tidak boleh dimana. Toh akhirnya mereka memakan buah itu, bukan karena alasan lapar,  tetapi karena ‘penasaran’, menarik secara visual, menggoda secara batin karena manfaat yang akan diperoleh jika makan buah tersebut.

Dosa pun terjadi. Manusia kehilangan kemuliaan tubuh yang sesupa dengan Allah. Sekarang mereka telanjang dan memang sebelumnya toh tidak berpakaian. Tubuh yang serupa itu mulia dan memancarkan cahaya kemuliaan Tuhan. Sekarang tubuh mereka terasa hina dan memalukan. Mereka membuat cawat dan baju dari daun. Sungguh tindakan yang seadanya untuk mengurangi resiko dosa, dan ini tentu bisa menimbulkan kerepotan lain karena pakaian yang kurang nyaman dan punya potensi untuk terasa gatal karena berbagai alasan.

Dalam hal ini, soal jasmani manusia, soal pakaian manusia. Tuhan mengerjakan dengan cara yang luar biasa. Tuhan mengambil binatang, mengorbankan binatang, Ia membuat pakaian dari kulit binatang. Tuhan berperan menjadi tukang penyamak kulit, Tuhan mengukur badan mereka dan Tuhan menjahit jaket mereka dengan tanganNya sendiri. Tuhan bersedia direpotkan karena prilaku manusia yang berdosa.

Hal diatas juga berlaku sepanjang sejarah kehidupan manusia, termasuk kita didalamnya. Tuhan bersedia ‘direpotkan’ (memberi lebih dari yang disadari) dengan membebaskan umat Israel dari tanah Mesir. Tuhan bersedia direpotkan dengan harus menjadi Manusia untuk merasakan segala kesusahan fisik dalam pribadi Tuhan Yesus. Tuhan bersedia ‘direpotkan’ dengan segala kelakukan kita yang membuat dosa dan kesalahan.

Tuhan tahu jauh ke dalam hati.

Frase kalimat diatas berada dalam konteks ; manusia melihat apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan melihat hal terdalam dalam hati. Manusia hanya mengenali apa yang terjadi dalam hidupnya dalam sebutan waktu ‘sekarang’. Manusia masih bisa balajar dari peristiwa yang sudah dilalui dimasa lalu, tetapi manusia tidak mampu melihat apa yang terjadi dalam sebutan waktu ‘masa depan’. Manusia memberikan penilaian atas kejadian sekarang tanpa mampu melihat keseluruhan cerita. Tentu ini penilaian yang sangat mungkin mendekati kesalahan. Peristiwa tidak boleh dinilai baik atau buruk dalam kacamata ‘sekarang’ saja karena hidup adalah rangkaian cerita dari masa lalu, sekarang dan akan datang.

Tuhan tahu dari semua masa, baik masa lalu, sekarang dan akan datang. Tuhan tidak hanya sekedar tahu tetapi Ia sedang menganyam cerita bersama dengan kita untuk suatu cerita kebaikan. Inilah yang membuat Yusuf mampu mengasihi dan mengampuni saudaranya. Mereka sudah membuang, membuatnya jadi budak, menghantarkannya menjadi budak yang dipenjara. Semua rangkaian cerita duka berpuluh-puluh tahun dalam ‘kacamata’ hidup buruk dan menderita. Namun sampai akhirnya ia ditempatkan Tuhan di istana, seorang Perdana Menteri dinegara adidaya. Saat ia punya kuasa untuk menghilangkan nyawa karena kuasa, semua saudaranya datang meminta iba. Mereka bersimpuh mencium kakinya, dan memohon ampun atas kesalahan mereka. Yusuf berkata dengan suara ‘kamu mereka-rekakan yang jahat tetapi Tuhan sangggup membuatnya jadi baik buat kita semua’.

Ini pula yang membuat protes penulis kepada Tuhan berhenti dikala penulis merasa Tuhan tidak adil memperlakukan Musa. Pemimpin besar umat Israel, memimpin kurang lebih  2,4 juta orang keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian. Ia memimpin umatnya dengan mengorbankan keluarganya, meninggalkan istri dan anaknya. Hidup sebagai pemimpin tanpa tunjangan cuti, jaminan BPJS, pensiun dan jaminan rumah emiritus. Ia mengorbankan segalanya untuk Tuhan yang ia taati. Menuntun umatnya selama kurang lebih 40 tahun lamanya, ia tidak mengambil rute yang singkat (400 km berjalan kaki) karena akan langsung berhadapan dengan bangsa bangsa besar yang bisa menghancurkan mereka. Musa mengalami banyak tekanan karena prilaku umatnya yang keras kepala. Ia korbankan semuanya untuk Tuhan, umat dan bangsanya.

Dari semuanya itu, bagian akhir cerita. Ia tidak boleh memasuki tahah Kanaan. Ia hanya melihat tanpa boleh mencicipi kenikmatan dari ujung perjuangan hidup dan imannya. Sugguh keputusan Tuhan yang tidak adil menurut penulis. Ini menggelisahkan penulis dengan membayangkan bahwa penulis memerankan diri sebagai Musa. Sungguh tidak adil dan kejam, Tuhan berlaku tidak adil dan kejam. Sampai akhirnya ada seorang teman yang baru pulang studi dari Israel. Penulispun menyampaikan kegelisahan dan kemarahan hati kepada beliau. Penulis bertanya : kenapa Tuhan tidak baik kepada Musa? Kenapa Tuhan tidak adil kepada Musa? Kenapa Musa tidak boleh menikmati hasil perjuangannya?

Dengan cara khas Yahudi, yaitu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Ia pun merespon, menurutmu apa yang adil ? apa yang baik buat Musa? Dengan cepat penulis menjawab ya pasti pensiun di Kanaan. Menikmati hari tua yang indah dan bangga di pusat kota Kanaan. Iapun melanjutkan dengan bertanya, kira kira hal buruk apa yang akan terjadi pada Musa kalau di ada di Kanaan, berkait dengan ego dan kebanggan dirinya? Penulis tidak menjawab, tetapi banyak hal yang berkecamuk di hati, bisa saja Musa menjadi kalap akan kekuasaan, ia jadi raja, hari lahirnya menjadi hari libur nasional, jalan-jalan besar diberi nama jalan Musa, di perempatan akan didirikan patung Musa yang besar. Kemudian dengan senyap penulis memikirkan bahwa tidak masuk tanah Kanaan menjadi lebih baik dari pada Musa masuk tanah perjanjian itu.

Manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat keseluruhan cerita. Ini yang akan membuat kita mampu mencintai sejarah kehidupan kita sebagai rangkaian cerita terbaik yang disusun Tuhan bagi umatnya.

Hal terbaik dalam dunia.

Semua orang tentu punya kriteria tentang apa yang terbaik bagi dirinya, hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya. Ada orang yang berpadangan bahwa yang terbaik bagi dirinya adalah bisa jalan-jalan keliling dunia. Ada juga yang beranggapan bahwa yang terbaik adalah mampu mengumpulkan harta dan meninggalkannya bagi 7 generasi sesudahnya. Ada orang yang menganggap yang terbaik adalah pendidikan setinggi mungkin sehingga mampu berkarya bagi sesama, dll.

Berkait dengan ini, penulis mengusulkan untuk kembali pada peristiwa Tuhan menciptakan manusia. Ia menciptakan manusia dan menempatkan di taman Eden, taman keindahan yang penuh damai sejahtera. Ia memberikan semua yang terbaik dan terindah bagi manusia. Tuhan merancang manusia untuk abadi dalam keindahan dan damai itu. Tetapi prilaku manusia merusak semuanya itu, kesalahan manusialah yang menyebabkan manusia terhepas dari rancangan indah itu.

Tuhan memberikan sabda bahwa semua buah dari pohon ditaman boleh dimakan, kecuali buah dari pohon Pengetahuan Yang Baik dan Yang Jahat.  Tetapi setelah mereka melanggar perintah itu maka Tuhan memberikan perintah baru bahwa buah dari Pohon Kehidupan tidak boleh dimakan dan harus dijaga oleh malaikat dengan pedang petirnya yang menyala-nyala. Sebelum manusia melanggar hukum, manusia boleh makan buah dari Pohon Kehidupan, karena memang rancangan Tuhan bahwa manusia akan hidup kekal di Eden. Tetapi rencana itu sudah diremukan oleh prilaku manusia. Tidak hanya sekedar manusia mengalami kematian, tetapi manusia juga diusir dari taman Eden. Manusia mati dan matinya diluar rahmat dan damai sejahteranya Tuhan.

Hal terpenting dan terbaik bagi Tuhan adalah mengembalikan rancanganNya bagi manusia. Hal terbaik bagi Tuhan dalam membuat manusia kembali tinggal di taman Eden dalam damai selamanya. Untuk maksud yang indah ini tidak mungkin mengandalkan manusia untuk mencapai Eden. Manusia sudah berdosa dan terus berada dalam cengraman dosa itu. Tuhan sudah pernah menghukum dengan memusnakan semua manusia, Ia memilih Nuh dan keluarganya sebagai keluarga terbaik di muka bumi. Tentu diharapkan dari keluarga terbaik ini akan menghadirkan keturunan yang baik pula. Tetapi kenyataanya tidak, manusia tetap berdosa dan bahkan melawan Tuhan dengan berusaha mendirikan menara yang tingginya sampai ke surga. Mereka berusaha untuk mencapai surga dengan bangunan menara, mau mengalahkan hukum dan melawan perintah Tuhan. Tuhan mau mengajarkan kepada kita bahwa hukuman tidak pernah bisa menyelesaikan dosa. Hukuman tidak pernah bisa mengubah orang untuk berubah.

Tuhan memilih jalan lain. Ia memilih orang pilihan, memilih bangsa pilihan sebagai alat untuk karyaNya. Tetapi bangsa pilihan telah gagal karena mereka juga tetap menjadi bangsa yang penuh dengan dosa dan kejahatan. Bahkan merasa sebagai bangsa pilihan membuat mereka merasa menjadi bangsa eksklusif dan gagal menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Tuhan gagal dimengerti sebagai Tuhan yang mencintai semua bangsa. Dalam hal umat pilihanpun, dosa tidak bisa dihilangkan.

Karya keselamatan ini harus ditempuh dengan cara menghancurkan belenggu dosa. Dosa harus ditebus, seperti binatang yang dikorbankan untuk membuat pakian bagi Adam dan Hawa demikian juga dosa harus hancurkan dengan adanya korban tebusan. Tebusan membutuhukan korban dan korban itu harus pihak yang tidak berdosa dan memiliki nilai lebih besar dari pada seluruh umat manusia. Siapa yang bisa dikorbankan, tentu tidak mungkin manusia karena manusia yang membutuhkan tebusan. Dan kemungkinan hanya satu, yaitu Tuhan sendiri. Hanya Tuhan yang tidak punya dosa dan hanya Tuhan yang punya nilai lebih besar dari manusia.

Hadirlah Yesus bagi manusia. Sang Tuhan yang mengambil rupa manusia sehinga kematianNya dikayu salib punya daya penebusan. KehadiranNya menjadi jalan bagi keselamatan. Salib yang menjulang menjadi menara yang ujungnya sampai ke surga. Rancangan semula Tuhan bagi manusia sudah dipulihkan dengan tebusan darah Kritus dibukit Golgota. Ia mengerjakan yang terbaik dan terpenting bagi kehidupan manusia. Ini juga yang seharunya kita sadari bahwa bagian yang terbaik dan terpenting itu sudah diberikan kepada manusa. Kita memiliki passport kerjaan Allah dengan status naturalisasi, hanya karena kemurahanNya saja yang memuat itu terjadi. Kita punya hak untuk tinggal di Eden tanpa batas waktu.

Yang terbaik sudah Tuhan kerjakan buat kita. Semua yang ada didunia menjadi pernik-pernik kecil dalam perjalanan menuju keabadian. Harta, cinta, tahta dan bangga menjadi alat bagi sempurnanya cinta Tuhan buat kita dan sesama. Yang terbaik sudah memenuhi seluruh ruang hati kita, sehingga kita terasa tenggalam dalam air bah kasih karunia.

Kasih sejati lahir dari dalam hati.

Hati kita sudah dipenuhi oleh air bah cintaNya. Tidak ada lagi ruang yang kosong untuk coba kita isi dengan kebanggaan-kebanggaan manusiawi.  Semua pencapaian dan kebanggaan itu mengapung diatas air cintaNya. Semua kebangaan dan kebahagiaan itu akan datang dan pergi.  Itu semua tidak membuat kita terlena dikala suka dan tidak lagi melukai diwaktu pergi. Kita akan mampu mengalirkan cinta bagi sesama.

Kalaupun orang melemparkan sampah ke hati kita, itupun juga akan mengapung diatas hemparan samudera cinta. Hempasan benda itu tidak akan melukai dasar hati kita, ia akan masuk sebentar dan kemudian akan mengapung diatas air cintaNya. Tetapi mungkin saja akan ada benda berat yang mencapai dasar hati kita. Itu menimbulkan luka dan perih yang tak terkira. Biarkan saja benda itu disana, akui saja dan tetap biarkan cintaNya membalut hati kita dan daya cinta itu akan membuat benda asing itu menjadi tempat bertumbuhnya kehidupan dan suplai makanan bagi pengampunan.

Kesimpulan.

Kasih sejati hanya dapat diraskaan dalam perjumpaan kita dengan Tuhan dalam karya keselamatanNya. KasihNya yang menjadi energi kita untuk dapat mengasihi diri sendiri dan sesama. Hanya karena pengampunanNya kita memiliki energi untuk mengampuni sesama kita. Biarkan diri kita terbenam dalam kasihNya yang besar supaya kita bisa hidup dan memberi diri bagi karya Tuhan untuk dunia.

Oleh: Pendeta Sundoyo
GKJ Brayat Kinasih