Home » Artikel » Tuhan, Kepada Siapakah Kami Akan Pergi?

Tuhan, Kepada Siapakah Kami Akan Pergi?

GKJBrayatKinasih – Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Pertanyaan itu disampaikan oleh Petrus kepada Tuhan Yesus sesaat setelah Tuhan Yesus bertanya kepadanya, ”Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Pertanyaan Tuhan Yesus kepada Petrus itu didasarkan pada kenyataan bahwa banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yoh 6: 66).

Injil (Yohanes 6: 66-71) menceritakan mengapa banyak murid Tuhan Yesus undur dari pada-Nya adalah karena mereka tidak siap mendengar perkataan Tuhan Yesus yang dianggap keras (Yoh. 6: 61). Di tengah situasi banyaknya orang meninggalkan Tuhan Yesus, Petrus tidak meninggalkan Tuhan Yesus. Ia tetap setia pada pendiriannya yaitu mengikut Tuhan Yesus.

Seorang penafsir bernama William Barclay menyebut bahwa selain mereka meninggalkan Tuhan Yesus, mereka membenci Dia dan kebencian itu kelak akan memuncak sampai ke kayu salib. Lebih lanjut, Barclay menyebutkan bahwa tindakan mereka meninggalkan Tuhan maupun kesetiaan Petrus mengikut Tuhan Yesus merupakan ungkapan hati manusia dengan segala isinya. Sikap dan tindakan itu adalah sebagai berikut:

Pertama, sikap penolakan. Sebagian orang yang tadinya mengikut Tuhan Yesus pada akhirnya berbalik dan tidak mengikut Dia lagi. Mereka menolak mengikut Tuhan Yesus karena mengikut Tuhan Yesus sama dengan mengarahkan diri pada sikap membahayakan hidup. Tindakan Tuhan Yesus yang berani menyuarakan kebenaran mengarah pada bahaya besar. Karena itu mereka berpikir daripada ikut Tuhan Yesus dan mengalami risiko besar, lebih baik meninggalkan Dia.

Beberapa di antara mereka meninggalkan Tuhan Yesus karena pada awalnya beranggapan bahwa akan memperoleh sesuatu dari Tuhan Yesus, yaitu sesuatu yang menyenangkan menurut ukuran mereka. Namun ternyata anggapan itu keliru. Mengikut Dia justru berhadapan dengan berbagai risiko berat.

Kedua, sikap kemantapan diri. Sikap ini ada dalam diri Rasul Petrus. Ketika ia melihat kenyataan bahwa banyak murid meninggalkan Tuhan Yesus, ia tidak mau ikut-ikutan mereka. Ketika Tuhan Yesus bertanya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Simon Petrus berkata kepada Tuhan Yesus, ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh. 6: 68-69).

Dengan mengatakan hal itu, Petrus menunjukkan keyakinan imannya pada Tuhan Yesus. Baginya hanya ada satu kenyataan, yaitu hanya Tuhan Yesus saja yang memiliki kata-kata hidup. Dialah Sang Roti Hidup, jalan menuju kehidupan dan kekekalan. Hal itulah yang membuatnya bertahan mengikut Dia dalam segala keadaan.

Kesetiaan Petrus merupakan teladan bagi kita. Adakalanya kita berjumpa dengan realitas yang membuat kita menjadi ragu mengikut Tuhan Yesus. Saat iman dan keyakinan kita kepada-Nya diombang-ambingkan oleh berbagai peristiwa yang mengguncang hidup, mari kita menyatakan ungkapan batin sebagaimana disampaikan Petrus, ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Dengan menyatakan ungkapan itu, kita memantabkan diri mengikut Tuhan Yesus dengan setia. Melalui ungkapan itu, kita meyakini bahwa bersama Tuhan Yesus kita kuat menghadapi berbagai rupa keadaan. Kekuatan itu didapat karena kita dekat dengan Dia. Dia adalah Sang Roti Hidup,sumber kehidupan yang kekal. Karena itu, buanglah segala keraguan dan mantabkan langkah berjalan bersama Dia.

Selamat mengikut Dia dengan tekun dan setia! Amin.

(Sumber : Bahan PA Masa Pra Paskah 2020, LPP SInode)