GKJBrayatKinasih, Miliran – Pak Pendeta Sundoyo meminta kepada seluruh warga jemaat GKJ Brayat Kinasih agar memikirkan secara serius kehidupan bergereja anak-anak pra remaja, remaja dan pemuda. Pak Sundoyo merasa prihatin karena di satu sisi secara kuantitas jumlah warga usia pra remaja, remaja dan pemuda bertambah, namun secara kualitas aktifitas mereka di berbagai kegiatan persekutuan masih sangat kurang
Dalam Sidang Majelis Gereja Istimewa (SMGI) 2020, Senin, 24 Februari 2020, Pendeta Sundoyo menjelaskan data dan grafik perkembangan jumlah warga usia pra remaja, remaja dan pemuda mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi Pak Sun melihat fakta bahwa tingkat aktifitas generasi muda ini di berbagai kegiatan persekutuan masih sangat kurang, baik persekutuan di gereja maupun di wilayah-wilayah.
“Kalau kita mau jujur, bahwa kita belum naik kelas di bagian ini (pra remaja, remaja dan pemuda, red). Berbagai macam cara sudah dipilih dan dilakukan, tapi kita belum naik kelas, artinya kita belum bisa menyelesaikan persoalan ini. Ada pilihan-pilihan kegiatan yang coba dilakukan dan hasilnya belum. Artinya, jangan-jangan kita yang salah menilai, anal-anak butuh yang A kita pikir kita siapkan B. Kita kira kita menjawab pertanyaan padahal mereka ngga pernah bertanya,” kata Pak Sun menjelaskan kerisauannya.
Kondisi tersebut ternyata juga diakui sejumlah warga yang memiliki putra-putri usia pra remaja, remaja dan pemuda, serta pengurus komisi tersebut. Merekapun mengungkapkan berbagai “dugaan” penyebab rendahnya tingkat aktifitas generasi muda ini, mulai dari materi persekutuan yang kurang menarik, kesibukan sekolah yang luar biasa hingga adanya “gap” atau kelompok-kelompok remaja dan pemuda, yang membuat mereka tidak bisa menyatu.
Sidang kemudian membahas ide adanya ibadah khusus bagi pra remaja dan remaja di gereja pada jam 08.30 wib. Namun sejumlah warga jemaat mengusulkan agar bentuknya bukan ibadah melainkan kelas dengan materi persekutuan yang lebih mengena ke dunia remaja. Ada juga usulan agar persekutuan itu dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya liburan sekolah agar sekaligus bisa dimanfaatkan sebagai sarana ‘refreshing’ setelah sibuk dengan berbagai kegiatan belajar di sekolah dan kampus. Warga lain mengusulkan agar gereja menyediakan ‘wifi corner’ agar anak-anak kita nyaman berkumpul di gereja, tanpa harus kehilangan ‘kehidupan’ mereka di dunia maya.
Apapun, Pak Sundoyo menggaris bawahi agar seluruh masukan dari sidang menjadi bahan analisis bagi seluruh ‘stake holder’ gereja untuk merangkul kembali warga pra remaja, remaja dan pemuda agar kembali aktif di gereja. “Jadi semua tadi kita catat, menjadi bekal bagi kita untuk bercakap-cakap dengan mereka, karena merekalah yang tahu dunia mereka,” kata Pak Sun.
Pak Sun juga mengingatkan tentang kehidupan saling tolong menolong, berjalan bersama untuk menyelesaikan setiap tantangan. (Tim Admin)