Home » Warta Kegiatan » Natal Wilma : Belajar Menerima dengan Tulus dan Ikhlas

Natal Wilma : Belajar Menerima dengan Tulus dan Ikhlas


GKJBrayatKinasih, Semarang- Natal adalah peristiwa perjalanan panjang. Di dalam Alkitab dikisahkan bagaimana Maria dan Yusuf menempuh perjalanan panjang sampai pada kelahiran Yesus. Orang majus juga menempuh perjalanan panjang dalam kehidupannya hanya untuk bisa menjumpai bayi Yesus di palungan.

Begitu pula kehidupan manusia merupakan sebuah peristiwa perjalanan hidup yang panjang. Kenyataan kadang tidak seindah dengan apa yang dibayangkan oleh manusia, meskipun tidak semuanya seperti itu. Kenyataan juga seringkali berbeda jauh dengan apa yang sudah direncanakan oleh manusia. Namun dari kenyataan yang dihadapi itulah manusia diajak untuk belajar menerima dan menjalani kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan.

“Dalam kehidupan kita selalu dihadapkan antara rencana dan fakta. Kita merancang tapi kenyataan berbeda. Fakta bisa berbeda dengan kenyataan, maka terima kenyataan dan terima perjalanan hidup yang ada. Disitulah kita sebagai manusia dituntut untuk bisa menempatkan diri. Membutuhkan kedewasaan dalam mengelola kenyataan yang dihadapi,” jelas Pdt. Sundoyo saat mengisi renungan natal Wilma di Klenteng Sam Poo Khong, Semarang, Sabtu(5/01/2019).

Pdt. Sundoyo menjelaskan ada dua pilihan bagi manusia dalam menghadapi kenyataan yang berbeda dengan rencana manusia, yaitu pertama dihadapi dengan rasa kecewa, menggerutu, “ngedumel”.Yang kedua menerima dengan tulus dan ikhlas.
“Rasa kecewa, menggerutu dalam menjalani kenyataan yang berbeda tentunya akan membebani kehidupan kita. Kita tidak bisa menikmati perjalanan hidup tersebut. Namun apabila kita belajar untuk menerimanya maka kita akan lebih ringan dalam menjalani hidup kita,” terang Pdt. Sundoyo.

Ada kalanya manusia mengalami kelemahan dalam menjalani perjalanan hidup yang panjang. Oleh sebab itu, Pdt. Sundoyo mengajak kepada seluruh warga Wilma untuk terus belajar menerima dengan hati tulus dan iklas. Berjalan bersama sama lebih baik daripada berjalan sendiri. Belajar menerima lebih baik daripada terus menggerutu, dan menggerutu karena hanya akan menambah rasa kekecewaan saja.

“Berjalanlah bersama dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Berjalanlah bersama orang-orang yang kita cintai dan berjalanlah bersama dengan Tuhan juga. Mari kita berjalan bersama, bergandengan tangan dan saling menopang terlebih lagi mencapai tujuan bersama. Dan tentunya kita semua memohon agar dimampukan supaya dapat saling memahami, menjaga sikap dan perilaku kita untuk Tuhan supaya dapat menemukan damai sejahtera,” pungkas Pdt. Sundoyo. (tanto/Wilma hms)

Klik di sini untuk foto lainnya