GKJBrayatKinasih, Palu- Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang menyebabkan gelombang tsunami telah memporakporandakan Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) sore. Akibatnya, menurut informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban tewas telah mencapai 832 Orang.
Menyikapi peristiwa tersebut, Minggu (30/9), Wakil Sekretaris Umum PGI, Pdt Krise Anki Gosal, berangkat menuju Palu dengan menumpang pesawat Herkules TNI dari Makasar. Setibanya di sana, langsung melakukan koordinasi bantuan kemanusiaan dengan gereja-gereja yang ada di Palu, Donggala dan sekitarnya.
Dalam laporannya, Wasekum PGI menginformasikan, bahwa persoalan komunikasi masih terkendala. Hingga hari ini, misalnya, masih sulit mengetahui di mana keberadaan teman-teman pendeta yang selama ini jadi kontak PGI. Kontak dengan Ketum GPID pun belum berhasil dilakukan. Kesulitan lainnya adalah padamnya listrik dan mengakibatkan sulitnya memperoleh air. Harga BBM naik, sementara ATM semua tidak berfungsi. Tenda yang diharapkan disediakan oleh BNPB belum ada. Wasekum PGI telah berupaya memohon bantuan tenda dari BNPB yang parkir di halaman kantor Gubernur tetapi mendapat bahwa kiriman tenda belum sampai.
Sementara itu, GKST telah membuka Posko di SMA Imanuel, di daerah Jalur Dua yang ditangani oleh Klasis Palu, dalam hal ini dikoordinir oleh Pdt. Nurna Tokede dan Pdt Frida Gintu. Untuk sementara, inilah yang menjadi Pusat Koordinasi Pelayanan Kemanusiaan gereja-gereja di Indonesia.
Masyarakat yang ditampung di sini lebih memilih tidur di bawah pohon di halaman sekolah atau di bawah lembaran terpal. Hal ini mungkin disebabkan masih kuatir adanya gempa susulan, sebab hingga tadi pagi masih terasa ada goncangan.
“Sampai siang tadi, para pendeta dan pelayan gereja masih sibuk membantu mencari anggota jemaat yang hilang ditelan laut. Hari ini ditemukan 2 anggota jemaat meninggal, dan puluhan lainnya yang luka-luka dibawa ke rumah sakit. Seorang ibu anggota jemaat yang sedang hamil 8 bulan belum ditemukan. Beberapa anggota Majelis Sinode GPID hari ini memakamkan jenasah anggota-anggota jemaat yang sudah membusuk. Termasuk Ketum dan Sekum yang sibuk mencari dan mengurusi warga jemaat dan saudara-saudaranya yang masih hilang dan yang sudah meninggal,” jelasnya.
Malam harinya, Wasekum PGI kembali berkoordinasi dengan Sekum dan Wasekum GPID, bersama Pdt. Nurna, Pdt Frida serta Pdt Ones Kamboji dari GKST, seraya menunggu kehadiran relawan dari GMKI Palu dan Majelis Sinode GKST yang sejak pukul 11.00 berangkat dari Tentena tapi belum berhasil masuk Palu sebab jalanan yang sulit dan padat oleh arus pengungsi. Sementara itu logistik disalurkan oleh aparat Korem dengan alasan agar tidak ada yang merampas. Rupanya penjarahan mulai terjadi secara sporadis.
Menyikapi peristiwa ini, MPH-PGI menghimbau seluruh warga gereja untuk membawakan keluarga-keluarga yang mengalami musibah ini dalam doa-doa syafaat, baik dalam doa pribadi, doa keluarga, doa lingkungan maupun doa dalam ibadah-ibadah di gereja. Selain itu dihimbau pula untuk ikut memikul beban penderitaan saudara-saudara kita, tanpa memandang bulu, dengan menyumbangkan dana dan daya.
Bantuan dana dapat disalurkan melalui rekening PGI, atas nama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia MANDIRI MATRAMAN No.Rek: 006.006.000.034.0 atau BNI MATRAMAN No.Rek: 008.893.266.1
Bantuan natura lainnya dapat disalurkan melalui kantor PGI di Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat dengan menghubungi Debby Manalu, Staf BKP-PGI di no 62 812 63787955. Atau dapat pula melalui PGIW Sulselbara Jln. Racing Centre (Basalamah) No. 59. Panakukkang, Makassar, dengan menghubungi Pdt Adrie Massie, Ketum PGIW Sulselbara di no 085399543257. Dan, SAG Suluteng Jln. Sam Ratulangi Winangun Manado 95011, dengan menghubungi Pdt Dina Werat, Wasekjen SAG Suluteng, di no HP 085340354040. WA 08124424490.
MPH-PGI akan berupaya mengirimkannya segera ke lokasi dan mendistribusikannya bersama Posko yang dikoordinir bersama gereja-gereja di Palu, Donggala dan Sulawesi Tengah umumnya. (Sumber: pgi.or.id)