GKJbrayatkinasih, Miliran- Sisi kehidupan manusia seringkali dibedakan menjadi dua hal, yaitu manusia spiritual dan manusia material. Manusia material adalah manusia yang hidup menurut kedagingannya sedangkan manusia spiritual adalah manusia yang hidup dalam tuntunan Roh Tuhan.
“Dalam kehidupannya manusia diharapkan menjadi manusia spiritual, manusia yang lahir baru. Hidup dipimpin oleh Roh Tuhan,” kata Pdt. Fendy Susanto, S.Si saat menjadi pembicara dalam Pemahaman Alkitab (PA) Wilayah V (Wilma) yang diadakan di rumah Keluarga Bp. Joko Sugendro, Kamis (9/11/2017).
PA Wilma ini diikuti warga wilayah V baik dewasa maupun anak-anak. Jemaat sangat antusias mengikuti penjelasan yang diberikan oleh Pdt. Fendy Susanto, yang mengambil dasar renungan pada Injil Yohanes 2:13-25, dengan mengambil tema ‘Menjadi Manusia Spiritual’.
Lebih lanjut, Pdt. Fendy Susanto ,S.Si menjelaskan bahwa tubuh manusia adalah Bait Allah sehingga tentunya Tuhan tinggal dalam hidup manusia. Manusia yang hidup menurut kedagingannya harusnya kembali hidup dalam Roh yaitu hidup dalam kehendak Tuhan.
“Hidup dalam roh merefleksikan kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia. Namun untuk mewujudkannya bagi manusia sangat susah. Manusia kadang lebih mudah untuk memahami yang material saja sehingga kehidupan sehari-hari manusia lebih banyak dikuasai oleh kehidupan material,” jelas Pdt. Fendy Susanto, S.Si.
Pdt. Fendy Susanto, S.Si memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika berdoa maupun ibadah sebentar saja sudah banyak mengeluh macam-macam, akan tetapi ketika nonton acara televisi berjam-jam sangat betah bahkan sangat menikmati acara tersebut.
Di dalam Alkitab, kata Pdt. Fendy Susanto, juga menceritakan bagaimana kehidupan orang Yahudi pada saat itu sangat mengedepankan hal-hal yang bersifat material bukan spiritual. Mereka menonjolkan ritual-ritual ibadah namun kelakuannya tidak mencerminkan spiritualitas mereka. Oleh karena hal-hal material, Tuhan Yesus juga pernah marah ketika melihat Bait Allah yang harusnya diisi oleh hal-hal yang sifatnya spiritual akan tetapi malah diisi untuk hal-hal material.
“Untuk menjadi manusia spiritual perlu dilakukan penghayatan dalam kehidupan manusia. Hidup dalam Roh bisa ditunjukkan melalui Ibadah yang baik. Ibadah dapat menjadi sarana mengubah manusia menjadi pribadi yang baru,” ungkap Pdt. Fendy Susanto, S.Si.
Manusia harus bisa melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri mana yang lebih banyak dilakukan apakah mengikuti kehendak Roh atau kehendak daging. Dari perbuatan sehari-hari bisa dilihat apakah manusia hidup dalam Roh atau dalam daging.
Dalam kehidupan bergereja pun kadang hal-hal material lebih dikedepankan, lebih mementingkan simbol-simbol ritual sehingga mengesampingkan esensi dari sebuah ritual keagamaan. Hidup yang selalu dipenuhi hal-hal material menyebabkan sulitnya menjadi manusia spiritual sehingga tidak damai hidupnya.
“Manusia harus menyadari bahwa kejadian sehari-hari merupakan masa penghayatan manusia untuk menjadi manusia spiritual. Manusia harus peka dalam kehidupannya. Untuk menjadi peka manusia harus bisa melakukan pengendalian diri,” kata Pdt. Fendy Susanto, S,Si.
Menurut Pdt. Fendy Susanto, S.Si, pengendalian diri merupakan proses untuk mengolah batin. Manusia harus menyadari bahwa hidup yang dijalaninya adalah suatu proses yang harus dijalani sehingga dengan apa yang dialami dalam kehidupannya, manusia diharapkan bisa belajar mengolah diri.
“Mari terus minta Roh Tuhan untuk selalu memimpin hidup kita supaya bisa menjadi manusia yang hidup dalam kehendak Tuhan,” pungkas Pdt. Fendy Susanto, mengakhiri renungan firmannya. (Tanto/Wilma hms)