2. Bahasa cinta kedua : Menciptakan saat-saat yang mengesankan
Yang dimaksud dengan ‘saat-saat yang mengesankan’ adalah memberi seseorang perhatian sepenuhnya. Sebagai contoh, duduk-duduk di sofa, sementara TV dimatikan, saling berpandangan dan berbicara serta memberikan perhatian seratus persen.
Yang terjadi seringkali tidak menjadi saat-saat yang mengesankan. Coba kita perhatikan di rumah makan. Kita akan mudah membedakan mereka yang sedang pacaran dengan mereka yang sudah menikah 10 tahun. Bukan dari usia orangnya, melainan dari aktifitas mereka.
Meraka yang sedang pacaran akan duduk saling berhadapan, mereka makan tetapi fokus perhatinnya adalah pasangan. Sedangkan mereka yang sudah 10 tahun menikah, mereka akan duduk bersebelahan, makan dan larut dalam dunia masing-masing.
a. Kebersamaan.
Aspek utama dari saat-saat yang mengesankan adalah kebersamaan. Yang dimaksudkan bukan kedekatan tapi kebersamaan yang didalamnya ada perhatian yang dipusatkan. Jika seorang ayah sedang berbicara di telpon sambil bermain bola mainan dengan anaknya, perhatiannya menjadi hambar.
Beberapa pasangan merasa menghabiskan waktu bersama, padahal sebenarnya mereka hanya hidup dalam jarak yang berdekatan. Seorang suami yang sedang menonton acara olah raga di TV sementara ia berusaha mendengar dan menanggapi istrinya yang bercerita, hal ini tidak akan bisa memberi saat-saat mengesankan bagi istrinya karena sang istri tidak menjadi pusat perhatian sepenuhnya.
b. Percakapan mengesankan.
Kalau kita sudah belajar tentang kata-kata mendukung yang berpusat pada apa yang kita ‘katakan’, sedangkan percakapan mengesankan dipusatkan pada apa yang sedang kita ‘dengar’. Diceriterakan bahwa ada istri yang selalu menceriterakan masalah yang ia hadapi di kantor. Cerita ini ternyata tidak hanya sekali tetapi hampir setiap kali pulang dari kerja.
Karena merasa bosan dengan cerita keluhan yang disampaikan oleh istrinya maka suami ini menyarankan untuk keluar saja dari pekerjaan. Namun apa yang dirasakan oleh istrinya adalah dia semakin merasa frustasi, karena yang ia butuhkan bukanlah solusi untuk masalah pekerjaannya melainkan rasa dicintai karena suaminya mau memperhatikan dirinya.
Hal-hal praktis untuk menjadi pendengar yang baik.
– Apabila pasangan sedang berbicara, usahakan untuk saling pandang.
– Jangan mendengar pasangan sambil melakukan sesuatu yang lain.
– Mendengarkan untuk mengetahui perasaan.
– Perhatikan bahasa tubuh. Misalkan : Tangan yang gemetar, airmata dll.
– Jangan menyela pembicaraan.
c. Tipe-tipe Personalitas.
Dalam persoalan kita ini ada dua tipe dasar personalitas. Yang pertama adalah tipe ‘laut mati’, tipe orang seperti ini menerima banyak pengalaman, emosi dan pikiran sepanjang hari. Mereka memiliki persediaan besar untuk menyimpan informasi dan mereka sangat berbahagia untuk tidak mengatakan apa-apa. Ia bisa mengendari kendaraan dari Jakarta ke Surabaya tanpa mengucapkan sepatah kata dan merasa bahagia sekali.
Sedangkan tipe kedua adalah tipe ‘sungai gemeresak’, tipe orang seperti ini apapun yang masuk ke dalam gerbang mata, telinga, hidung dan panca indra yang lain akan keluar melalui gerbang mulut dan jarang sekali terdapat jeda enam puluh detik di antaranya. Ia bisa berbicara terus sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Surabaya, sebentar jeda saat mengantuk dan ke kamar mandi.
Tidak jarang dua tipe ini bertemu dalam pernikahan. Saat pacaran mereka akan mejadi pasangan yang paling menyenangkan. Bagi tipe ’laut mati’ akan merasa senang karena tidak harus perpikir untuk berbicara, dan bagi tipe ‘sungai gemeresak’ kekasihnya adalah orang yang istimewa karena menjadi pendengar yang baik.
Namun setelah sekian lama menikah akan timbul persoalan. Tipe ‘laut mati’ akan berkata : “Sebentar lagi aku dapat panci karena aku sudah lima kali mendengar ceritamu” atau dia menggumam, “seandainya ia berhenti sejenak dan memberiku kesempatan untuk istirahat, sungguh indah dunia ini’.
Sedangkan tipe ‘sungai gemeresak’ bangun dipagi hari dan berkata : “Kami sudah menikah 15 tahun tapi aku masih belum mengenal dia”. Dalam hal ini, semua tipe harus belajar untuk mendekatkan diri satu dengan yang lain.
3. Bahasa cinta ketiga : Saling memberi hadiah
Hampir disemua daerah dan kebudayaan manusia, hal memberi hadiah adalah simbol bahasa cinta yang dikenal, orang bisa menyebutnya ‘pasok tukon’ , ‘mahar’ dll. bersambung…
Oleh Pdt. Sundoyo
GKJ Brayat Kinasih