GKJbrayatkinasih, Miliran- Setiap kali merayakan hari Pentakosta atau hari turunnya Roh Kudus, GKJ Brayat kinasih memiliki tradisi untuk menghaturkan ‘persembahan’ berupa sembako kepada tetangga di 5 RT sekitar gereja.
Tradisi ‘persembahan’ itu menurut Pendeta Sundoyo didasari pada tradisi perayaan Shavuot di konteks alkitab. Festival shavuot ini adalah mempelajari alkitab dan merayakan hasil panen. Hasil panen yang dipersembahkan kepada Tuhan, namun juga menjadi festival kebersamaan dalam merayakan pemeliharaan Tuhan.
“Dengan dasar di atas (Festival shavuot, red) maka GKJ Brayat Kinasih, merayakan hari Pentakosta dan ‘riyaya unduh unduh’, dengan salah satu rangkaian kegiatan adalah ‘menghaturkan’ sembako ke masyarakat di sekitar gereja,” ujar Pak Sundoyo.
Perayaan unduh-unduh kali ini memang berbeda dengan sebelumnya. Tahun lalu (2016), warga gereja membuat gunungan sembako yang diarak darigedung gereja menuju tempat berkumpul di SMP Bopkri 10. Setelah melakukan perjamuan kasih, gunungan itu kemudian diserah terima secara simbolik, lalu diantarkan ke 5 RT untuk dinikmati warga.
“Tahun ini karena bertepatan saudara kita muslim sedang menjalankan ibadah puasa, maka acara gunungan ditiadakan,” jelas Pak Sundoyo.
Sembako dipersiapkan di gereja dan panitia masa paskah pentakosta memberikan kupon kepada 5 ketua RT. Setiap RT mendapat 30 kupon, soal siapa yang mendapat kupon tersebut, gereja menyerahkan sepenuhnya kepada ketua RT masing masing.
Pada hari Senin (5/6/2017), Sejak pukul 14:00-16:00, masyakarat sekitar datang berbondong bondong ke gereja untuk menukar kupon dengan sambako yang disiapkan oleh panitia.
“Tidak ada upacara apapun, tidak ada acara yang berbau agama. Hal ini yang membuat masyarakat merasa nyaman untuk berinteraksi dengan gereja. Jemaat juga menghayati bahwa perayaan unduh unduh menjadi kesempatan untuk merayakan pemeliharaan Tuhan dalam hidup,” kata Pak Sundoyo.
Sebagai wujud syukur mempersembahkan kepada Tuhan dalam bentuk memberikan paket sembako ke masyarakat sekitar gereja. Tahun ini, panitia menyiapkan 180 paket.
“Ke depan, tradisi ini kita akan terus pelihara. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan untuk pemeliharaanNya. Sekaligus juga sebagai sebagai cara membagun kehidupan bersama ditengah tengah masyarakat,” imbuh Pak Pendeta Sundoyo lagi.
Namun program bhakti sosial ini menurut Pak Pendeta Sundoyo, tidak hanya berhenti sampai bagi-bagi sembako saja. Ada tantangan yang bisa dikembangkan kedepan, yaitu melakukan pembicaraan dengan masyarakat untuk menyusun program bersama sama untuk kesejahteraan bersama dan memeliharan lingkungan hidup. Semoga Tuhan memberkati. (tim kontributor)